Jikalau anaknya menjelang pemuda dan gadis belum punya pacar, maka sang ibu mulai sibuk berusaha membantu mencarikan pacar. Setelah anaknya menikah maka persoalan baru terjadi. Hari ini saya tertarik dengan tulisan imaginasi tentang menantu dan ibu mertua.Â
    Pertikaian antara Menantu dan ibu mertua memang sering kita dengar, ada banyak persoalan yang mereka saling tutupi di berbagai keluarga, jikalau tidak maka segera meledak dan timbul pertengkaran dan kacau-balau. Ciri khas orang Asia begitu kental dengan pengajaran yang disebut tata-krama dan kesopanan sehingga menghormati orang tua atau yang dituakan merupakan kepentingan tersendiri. Sebaliknya apabila tidak menghormati orang tua akan disebut anak durhaka. Kita tentu merasa kagum jikalau ada pasangan mertua dan menantu begitu akrab ke pasar berbelanja dan piknik bersama seperti ibu dan anak kandung. Sebaliknya biasanya orang tidak merasa heran bila ibu mertua itu bertikai dengan menantu.Â
Alasan pertengkaran kadang sederhana saja, tetapi yang sederhana itu dapat membuat gap (pemisahan jarak) yang lebih jauh. Seorang wanita yang telah menikah semestinya sudah menganggap bahwa ibu mertuanya seperti ibu sendiri, sebaliknya ibu mertua harus mengganggap menantunya seperti anak sendiri. Namun kenyataan di lapangan yang kita temukan adalah ibu mertua dan menantu selalu menjaga jarak; sehingga terjadi kerenggangan dalam hubungan mereka. Hubungan yang renggang dan tidak harmonis inilah yang dapat menghasilkan Air Mata Mertua dan Menantu. Kehidupan yang normal tidak harus demikian? Mengapa semua ini terjadi?Â
1. SALING MENERIMA
Ibu mertua dan menantu harus saling menerima, apalagi mereka yang tinggal bersama. Ada ibu mertua yang masih memakai tradisi kolot dan selalu menganggap menantu sebagai anak orang lain. Menantu harus mempersiapkan semua dari pagi hingga malam, jadi menantu seakan-akan  pembantu rumah tangga. Sebaliknya, kenyataannya menantu jaman sekarang lebih galak dari mertua akibatnya mertua menjadi ciut, merasa tersiksa dengan kehadiran sang menantu.Â
2. MENYADARI REALITA
Benar seorang ubu sangat sayang pada anak laki-lakinya, apalagi anak itu hanya satu-satunya. Sekarang anaknya telah menikah, sang ibu merasa tersaingi oleh menantu. Sebelum menikah sang anak begitu perhatian pada sang ibu, sekarang perhatiannya menjadi terbagi; bahkan sang ibu merasa ditinggalkan begitu saja. Di sinilah kadang mertua yang tidak menyadari akan realita ini akan berontak dan meledak kemarahan, maka terjadilah kurang harmonis antara menantu dan mertua. Sebaliknya sebagai menantu juga harus sadar akan hal ini, jagallah keseimbangan melalui nasihat anda kepada suami supaya tetap mempertikan ibunya.
3. TEMPAT MENGADUH
Di dalam hubungan menantu dan mertua apabila tidak benar-benar dijalankan dengan penuh kasih, saling mengalah dan saling mengampuni, maka akan timbul masalah yang baru setiap hari. Persoalan yang timbul mungkin saja tidak dapat segera diselesaikan hari itu juga; sementara sang mertua tidak mungkin mengadu pada sang anaknya; maka yang menjadi sasaran penerima laporan adalah anak-anak wanitanya yang lebih delkat dengan ibunya. Alhasil bisa timbul persoalan baru jikalau sang anak wanitanya begitu gampang menerima berita dan melabrak iparnya.Â