[caption id="attachment_220609" align="alignleft" width="300" caption="aceshowbiz.com"][/caption] Bisa jadi cerita seorang pemuda yang jatuh cinta kepada wanita yang lebih tua jamak ditemukan dalam kehidupan masyarakat kita. Masyarakat banyak yang menganggap miring, atau bahkan terlarang, tapi diluar persepsi itu, hubungan ini selalu ada, dari sana lahirlah terma satire “brondong” yang menjadi camilan obrolan seru disaat makan siang ibu ibu arisan atau kaum hawa socialite. Obrolannya beragam, mulai dari betapa sang wanita mengagumi “kemudaan” sang pria. Sang pria yang merasa nyaman dalam dekapan “mommy’s arm” sampai pertentangan lingkungan sekitar. Nah, film Prime mencoba mengungkap segitiga perspektif antara anak (pemuda brondong) ibu dan sang pacar. Seorang wanita karir Manhattan bernama Rafi mendadak menemui rasa baru tatkala ia keluar pada malam itu. Seorang pemuda tampan memunculkan senyum yang hilang pada diri rafi di saat ia berjuang mengatasi kesendirian dan kebingungan psikologis akibat perceraiannya. Di sisi lain, pemuda bernama David itu juga merasakan hal berbeda tatkala ia memandang Rafi. Mendadak detak jantungnya berdegup kencang, suatu hal yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Didorong oleh rasa itu, kedua insan ini memulai sebuah hubungan, dan itu dimulai dari makan malam. Tapi entah kenapa, Rafi yang berusia 37 tahun mendapati jikalau david baru berusia 23 tahun. Suatu jarak usia yang sangat terpaut jauh. Logika rafi pun bermain, hubungan ini tidak akan berhasil. Tapi david dengan segala kenaifannya mencoba meyakinkan Rafi bahwa hubungan ini akan berhasil. Untungnya rafi tidak terburu-buru memutuskan hubungan itu, dibantu oleh psikiaternya, Rafi didorong untuk menikmati saja proses hubungan itu. Toh itu hanya untuk rebound, begitu kata Lisa, sang Psikiater. Rafi yang diperankan oleh Uma Thurman menuruti saja apa kata sang psikiater. Ia menjalin hubungan manis dengan David. Mulai dari makan siang, makan malam, menghadiri acara, dan bahkan sampai urusan seks, Rafi menikmatinya. Rafi yang percaya sepenuhnya pada sang psikiater menceritakan seluruh detil hubungannya pada Lisa. Sampai suatu ketika Lisa yang diperankan dengan sangat apik oleh Merryl Streep mengetahui bahwa pemuda tampan yang mempunyai beautifull penis itu bernama David yang kebetulan adalah putranya. Ha! Sebuah co insidence yang membuat Lisa berada pada dua pilihan. Mengikuti logika umum, bahwa hubungan putranya yang baru berusia 23 tahun dengan Rafi, pasiennya yang berusia 28 tahun yang baru saja bercerai dan ingin memiliki anak adalah hal yang tidak mungkin, atau tetap professional, mencoba mendengarkan cerita Rafi tentang penis anaknya dengan hati berdebar-debar kencang. Sekali lagi, ha! Sebuah pilihan sulit, Lisa sang Psikiater pun harus berkonsultasi dengan temannya yang juga psikiater. Namanya juga psikiater tentu memberikan masukan yang baik pada Lisa, untuk membiarkan saja hubungan itu. Jangan terlalu intervensi. Untungnya Lisa menuruti nasihat itu. Lisa membiarkan waktu untuk membuktikan apa yang benar dan apa yang pantas. Seiring berjalannya waktu, cinta Rafi dan David memang benar dan waktu jugalah yang membuktikan cinta Rafi dan David tidak pantas. Film yang di sutradari oleh Ben Younger ini memang pantas ditonton untuk mengingatkan bahwa ya cinta tidak mengenal usia, tapi cinta juga mengenal kepantasan, dan cinta yang sebenarnya membuktikan, membiarkan orang yang dicintai untuk menikmati hidup sepantasnya adalah cinta. Dibintangi oleh Uma Thurman, Merryl Streep dan Bryan Greenberg tentu menjamin bahwa film ini bukan sembarang film. Film ini ringan, menghibur dan juga seperti tagline nya, terapistik, sangat melegakan bagi orang-orang yang terbelit pada situasi diatas. Selamat menikmati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H