Mohon tunggu...
Saomi Rizqiyanto
Saomi Rizqiyanto Mohon Tunggu... Dosen - Akademisi

A blogger who loves fashion, food and culture, studying American Studies at University of Indonesia. Read everything about America in here www.theamericanist.web.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Antara Mekah dan Manhattan

5 November 2012   03:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:58 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bagi seorang Muslim, tentu Kota Mekah adalah tempat istimewa, karena disanalah Nabi Muhammad lahir, AlQuran diturunkan, dan diyakini serta dibenarkan dalam AlQuran, makam Nabi Ibrahim berada. Di kota ini pula, diwajibkan bagi seluruh muslim yang mampu untuk menunaikan the last pillars in Islam, yakni Haji. Jadi mau tak mau setiap tahunnya, jutaan muslim di seluruh dunia seperti tersedot oleh magnet besar kakbah, berbondong-bondong menuju Mekah.

Jadi wajar, jikalau recently banyak orang membicarakan tentang haji, karena bulan ini adalah bulan haji. Sesuai tradisi saat seorang muslim hendak berhaji maka saudara, teman, serta handai taulan menyalami, mendoakan dan bahkan tak sedikit yang menitipkan doa, mulai dari meminta jodoh, peruntungan bisnis bahkan sekedar berbasa-basi seperti “doakan semoga tahun-tahun depan saya bisa haji”

Lalu pertanyaannya, apakah saya ingin berhaji? Tentu saya harus berhaji karena itu rukun islam yang harus ditunaikan bila saya mampu kelak. Tapi kalau keinginan, wait a minute, for now saya belum berkeinginan untuk berhaji, entah kenapa hingga saya berumur seperempat abad, saya belum pernah kepikiran untuk mengunjungi baitullah. Justru yang selalu saya dengungkan adalah saya ingin mengunjungi Manhattan, jantung kota New York yang terletak di Staten Island.

Dalam perbincangan makan siang, banyak teman saya yang mentertawakan ketika saya disodori pertanyaan, pilih mana, Mekah atau Manhattan. Karena saya menjawab manhattan, muncul banyak joke mulai saya calon penghuni neraka, kafir, sampai yahudi. Tapi karena joke sayapun menanggapinya biasa saja. Ketika ada yang me mention kenapa? Baru saya menjawab dengan serius.

Bagi saya Manhattan yang menurut sejarah merupakah wilayah barter antara Inggris dan Belanda, merupakan misteri tersendiri, bagaimana mungkin sebuah pulau kecil ini menjadi pusat dunia, menjadi sentrum sistem keuangan dan bisnis (Wall Street), kiblat budaya (Broadway), surga belanja (Fifth Avenue),  sorakan sportifitas (Yankee Stadium), belantara beton (Empire State Building dan WTC), bahkan pada suatu waktu menjadi titik termegah saat pergantian tahun baru (Times Square).

Bagi saya manhattan tetap menjadi top wish list, konon katanya wilayah ini mulanya bernama New Amsterdam sebelum di barter kepada Inggris yang menyerahkan kekuasannya kepada Duke Of York sehingga menjadi New York, sebagai imbalan, Belanda mendapat Pulau Banda di Maluku dan Suriname di Amerika Tengah. Kota ini menurut statistik merupakan tempat paling sejahtera di muka bumi, bahkan majalah The New Yorker menyebut daerah Upper East Side adalah tempat paling makmur dalam sejarah manusia.

Saking menakjubkannya Manhattan, penyanyi rap Jay Z dan Alicia Keys dalam lagunya yang berjudul Empire State of Mind menyebut “In New York, concrete jungle where dreams are made, ohThere's nothing you can't do, now you're in New YorkThese streets will make you feel brand newBig lights will inspire you, let's hear it for New York

Tapi, ada tapinya, kekaguman saya terhadap Manhattan mendadak memudar tatkala serial TV favorit saya Sex and the City menyebut Manhattan sebagai The New Mecca. Jadi Carrie Bradshaw yang diperankan oleh Sarah Jessica Parker yang berprofesi sebagai kolumnis di majalah menyebut jikalau Manhattan adalah the melting pot, tempat bertemunya orang-orang berbagai ras dunia, berbondong-bondong orang datang ke Manhattan, menjemput impian amerika versi mereka sendiri. Apapun motivasi orang untuk datang ke New York, Manhattan adalah The New Mecca.

Lalu pertanyaannya, kenapa harus the new mecca (mekah yang baru), ada apa dengan mekah, sampai-sampai ada terma tersendiri new mecca. Majalah National Geographic pernah merilis foto-foto terbaru kegiatan orang-orang yang menunaikan ibadah haji. Karena Masjidil Haram adalah tempat suci dan haram bagi non muslim, National Geographic sampai-sampai merekam dengan satelit, kejadian langsung puncak peringatan ibadah haji yakni wukuf di Arafah.

Jadi ternyata rasa keingintahuan masyarakat barat terhadap Mekah sangat tinggi, bagi mereka bagaimana mungkin orang-orang berbondong-bondong datang ke mekkah hanya didasari oleh perintah agama, yang bagi mereka sangat tidak pragmatis. Mekah adalah tanah tandus, hanya terdapat sebuah kubah yang didalamnya terdapat sebuah batu hitam, itu saja, tapi kenapa jutaan orang datang ke sana tiap tahunnya. Its not logic.

Pemikiran ini ternyata sudah ada jauh sebelum Manhattan “the new mecca” ditemukan. Saat dunia masih dikuasai oleh dua kekaisaran, Romawi di barat dan Persia di timur, Mekah dengan Kakbah-nya juga sudah menarik perhatian. Masih ingat bagaimana kisah Abrahah, gubernur Yaman yang ingin membangun kakbah tandingan. Abrahah yang notabene kaki tangan kekaisaran imperium romawi ini menurut kitab suci, sangat tertarik untuk memindahkan kakbah ke yaman, karena bisa menarik banyak pengunjung ke negerinya.

Tapi apa daya, hendak hati ingin meraih gunung, tapi tangan tak mampu menggapainya. Didatangkanlah tentara bergajah, saat fajar menyingsing dengan cahaya matahari yang bersinar sangat terang, konon paling terang karena berkaitan dengan kelahiran Muhammad, nabi dan peletak dasar peradaban muslim, datanglah bala tentara bergajah, hendak mengancurkan kakbah. Tapi lagi-lagi, Allah menunjukkan kuasanya bagi orang-orang sombong dan durhaka. Didatangkanlah bala tentara yang tak kalah hebat, rombongan burung ababil datang dan menghancurkan tentara bergajah dengan batu-batu panas yang mampu melepuhkan manusia dalam sekejap.

Itulah kisah menarik dari kota mekah yang dari dulu hingga kini, ternyata sudah menarik banyak perhatian seantero bumi. Ini belum dengan kisah-kisah keajaiaban lain, seperti cahaya yang tidak meredup di mekkah, sumber air di tanah tandus yang tidak pernah kering dsb. Pemerintah Arab Saudi juga mencatat banyaknya non muslim yang menyelundup ke kota mekah, hanya karena ingin tahu seperti apa kejadian sehari-hari di kota tempat dimana hijri ismael ini berada. Subhanallah, keajaiban-keajaiban inilah yang kini memicu pertanyaan kembali dalam diri ini, mana yang ingin kamu kunjungi, mekah atau “the new mecca”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun