Mohon tunggu...
Oom Mas
Oom Mas Mohon Tunggu... Administrasi - saya guru

Seorang Perantau...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kemendikbud, Dikemanakan Tunjangan Sertifikasi Kami?

12 Februari 2014   00:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:55 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sebenarnya sudah tidak bernafsu untuk menuliskan hal ini, kadang rasa pesimis tidak ditanggapi mengubur keinginan untuk menulis sesuatu yang berisi kritikan untuk instansi pemerintah. Apalagi ketika mendengar kata-kata ini “Ikhlaskan saja, mungkin uangnya dipakai menanggulangi korban banjir di Jakarta”. Ya, sudahlah pasrah

Ini soal tunjangan sertifikasi yang mogok. Tahun ini saya mulai mendapatkan hak saya sebagai guru yang sudah tersertifikasi. Terbayang sebelumnya uang mengalir lancar per tiga bulan ke rekening saya. Berbagai rencanapun telah disusun. Uang sertifikasi bisa kutabung atau kufungsikan sesuai kegunaannya, meningkatkan keprofesionalan guru. Ingin menambah kemampuanku dalam berbahasa inggris, atau kulanjutkan kuliah untuk meraih gelar doktoral di Malaysia (salah satu cita-citaku). Sudah terbayang rak bukukupun akan penuh dengan berbagai buku. Selebihnya mungkin akan kutabung untuk bekal anakku sekolah sampai perguruan tinggi. Masa depan sedikit terasa cerah.

Triwulanan sekali katanya tunjangan cair bagi guru swasta dan setiap dua bulan untuk guru PNS. Aku pun sudah gembira duluan. Maret 2013 rasanya, lama sekali kutunggu. Maret pun tiba. Namun tak ada berita. Maret habis. Duitkupun ikutan habis. Memang tiap bulan tak bersisa he..he... Ketemu April, Aku hanya bisa ngupil, MeiBerkunjung nah…… ketemukan perintah dari web resmi kementrian pendidikan SEGERA BUAT REKENING!. Tanpa menoleh kiri kanan, akupun cabut. Anak teriak-teriak minta aku ngajar tak ku dengar. Walau cuaca gerimis tak kugubris. Beserta 2 rekan sejawat yang sama-sama punya hajat, kami serbu Bank yang dirujuk.

Tak selang lama sebuah buku rekening dengan SALDO NOL telah tercetak bersama fasilitas SMS BANKING. “Tunggu saja beberapa hari ini, mekanismenya demikian, kata petugas bankmenukas kepenasaranku tentang sistem pembayarannya.

Tak mengapa dapat bukunya saja sudah membuncah sejuta rasa. Yang penting telah tercatat sebagai guru yang berhak mendapatkan segepok uang dari Negara sebesar gaji pokok.

Benar, selang 3 minggu sebuah pemberitahuan melalui SMS Banking hinggap di handphone. Dari nomor pengirim 3355, nomor resmi sebuah bank (jelas bukan penipuan nih) berbunyi TransaksikreditRp XXXXXXX. Subhanalloh banyak amat.

Tak kusia-siakan uang yang sudah mejeng direkeningku. Kubelikan buku untuk anakku sekeranjang. Biar dia keranjingan baca walau hanya bacaan cerpen. Beberapa rupiah kusisihkan untuk mentraktir teman-teman. Bergembira bersama lebih bahagia rasanya daripada menikmati kegembiraan sendirian.

Waktu berganti waktu. Penghujung tahun pun tiba. SMS Banking yang dinanti tak kunjung memanggil kembali. Hingga tahun berganti, asakupun nyaris mati. Akhirnya bisa kusimpulkan tunjangan sertifikasipun mogok ditengah jalan.

Selidik punya selidik, ternyata kejadian seperti ini pernah terjadi di tahun sebelumnya. Tunjangan sertifikasi tidak sepenuhnya diterima oleh guru yang bersangkutan. Ada yang bolong 1 bulan, tiga bulan dan bisa jadi ada yang tidak menerimanya sama sekali.

Untuk menanggapi hal tersebut di tahun 2013 ini, pemerintah pusat akan melakukan pembayaran langsung ke rekening guru yang bersangkutan. Tidak melalui daerah lagi. Kenyatannya, hasilnya NOL BESAR. SAMI MAWON. Malah tambah hancur.

Ketika saya Tanya ke petugas diknas setempat, tentang masalah ini. Jawabnya singkat tunjangan sertifikasi berkaitan erat dengan penyelesaian pengisian DAPODIK. Aku hanya nyengir. Kenapa aku nyegir? Di bawah ini jawabannya.

Sebelumnya saya jelaskan kepada pembaca yang budiman di luar dunia pendidikan. Belakang ini kementrian sedang sibuk mengonlinekan data guru, sebuah tekad yang bagus dan perlu diapresiasi. Salah satunya dengan program pendataan DAPODIK (Data Pokok Pendidikan), tentunya menyangkut juga identitas guru. Namun kesannya terlalu dipaksakan seperti kurikulm 2013. Kementrian belum mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang. Buktinya pengisian DAPODIK untuk 2013, diselesaikan sampai berbulan-bulan. Petugas ketatausahan kami sampai keriting dibuatnya. Softwarenya harus update terus dan tidak familier. Data hilang. Sinkronisasi gagal terus. Server ambruk. Wah benar-benar membuat boring dan waste time.

Setelah melalui perjuangan keras, DAPODIKpun akhirnya kelar. Benar kata petugas, 2 hari kemudian sebelum penghujung tahun SMS BANKING pun menyahut. Namun berbeda dengan sahutan 6 bulan yang lalu, kali ini membuat aku melongo, hanya ratusan ribu rupiah yang tertera di kolom kredit.Setelah kuhitung-hitung jadi baru setengahnya dari jumlah yang seharusnya kuterima. Nasib inipun ternyata sama dialami ratusan guru di KOTA BATAM yang berstatus SWASTA.

Saya ingin menduga-duga alasan pihak kementerian berlaku demikian. mungkin karena DAPODIKNYA. Inilah yang lucu. SK tunjangan itu untuk satu tahun. Dimulai dari Januari sampai bulan Desember. Pendataan tahun sebelumnya sudah masuk. Data ini yang seharusnya menjadi patokan sebelum DAPODIK terkini rampung. Inilah yang rancu.

Kelucuan lainpun tergambar pada catatan online pembayaran, masa pembayaran loncat-loncat. Termin pertama di bayar. Termin kedua tidak dibayar dengan alasan jam mengajar tidak wajar.Begitupun dengan termin ketiga tidak dibayar dengan alasan yang sama. Baru termin ke empat dibayar. Kalau memakai logika tidak mungkin dalam satu tahun, awalnya guru mengajar normal tiga bulan berikutnya tidak normal mengajar. Dan terakhir guru normal mengajar kembali sebanyak syarat yang harus dipenuhi 24 jam mengajar. Saya menduga data didasarkan pada data robot.

Bila terjadi demikian kami tidak ingin disalahkan apalagi dikorbankan dengan tidak bayarkan tunjangan sertifikasi kami secara penuh. Software kementrian yang abal-abal, buat software kok coba-coba.

Rasanya sudah cukup dikementrian kedodoran dengan berbagai masalah. Jangan ditambah masalah dengan syak wa sangka dari kami duit itu diendapkan atau ditilap hanya karena merasa aman, biasanya guru nerimo apa adanya dan tak mungkin demo-demo. Maaf, guru sekarang bukan guru yang dulu. Kami pun bisa bersuara.

Coba kalau diendapkan atau ditilap sekitar 200 an guru. Masing –masing diendapkan 10 juta rupiah. Jadi ada 2 milyar rupiah loh, uang yang entah kemana ngeloyornya. Setidaknya menggiurkan kalau dibungakan.

Tapi kami sebisa mungkin untuk tidak berpikiran seperti itu. Biarlah KPK yang bertindak. Saya hanya memberi laporan saja. Beginilah kejanggalan penyaluran tunjangan sertifikasi. Bilamana uang itu digunakan untuk korban banjir kami ikhlaskan. Bilamana kembali ke kas Negara kami juga ikhlaskan. Tapi bila dipinjam dulu untuk PEMILU 2014. Siap-siap anda ditinggalkan.

Jangan sampai terdengar lagi ungkapan GURU SWASTA laksana anak tiri, dapat sisa dan kerjaan. Kami juga guru yang ikut mencerdaskan anak bangsa yang ingin diperlakukan sama oleh Negara. Sekali lagi, kemendikbud, tunaikanlah hak kami!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun