Sewaktu kecil banyak sih kenangan yang masih diingat, dan yang paling kuingat ketika ngompol di kasur. Padahal aku tidur barengan dengan Kakak dan adik. Tapi secara detail tak akan kuceritakan, karena aku yakin ini cerita biasa, anda pun pernah mengalaminya ngompol di kasur kan? hehe...
Inginnya sih? mau cerita seram -walau tak seseram ketika rudie cakil bercerita pengalaman mistiknya- ketemu dengan mahluk jadi-jadian. Kejadiannya menjelang subuh, lewat jembatan mau ke kampung sebelah, ke rumahnya Haji tajir pemilik es teler. Esnya sih berupa es lilin, entah telernya bagian mana. Aku bermaksud menjualkannya, lumayan lebihnya dapat dua buah es lilin dan bila habis keuntungannya bisa buat jajan.
Nah, yang saya akan saya ceritakan sebenarnya cerita konyol non fiksi. Sesuai dengan karakterku ektrovert. Tak ada dusta di antara kita. Emangnya apaan ? Hehe
Begini ceritanya, Sewaktu Sekolah Dasar aku ternasuk murid yang pandai. Nilai raportku baik. Rangkingku biasa masuk lima besar, walau tak pernah rangking satu.
Kalau dulu sistemnya catur wulan. Setiap empat bulan sekali bagi rapor. Jadi selama setahun, acara pembagian rapor sebanyak tiga kali. Sekarang bagi rapor sampai empat kali, termasuk rapor bayangan pertiga bulan sekali.
Beberapa hari sebelum pembagian rapor, biasa kami ngobrol-ngobrol sambil menebak-nebak berapa rangking setiap anak. Aku biasa nebak untuk diriku sendiri antara angka dua sampai lima. Teman-teman yang biasa rangkingnya kecil juga terbiasa dengan tebak-tebakan ini. Kalau teman-temanku yang biasa rangkinbya besar hanya jadi penggembira saja. Tak Percaya diri untuk tebak-tebakan.
Sebelumnya aku berhasil menyabet rangking 2, Rangking satu diraih sepupuku. Bagiku rangking 2 sudah cukup karena memang tak ngebet-ngebet banget untuk jadi nomor wahid. Aku masih suka main karet, main gundu, main layangan, tidak siang tidak malam. Sudah syukur dapat segitu. Tanpa memeras keringat hehe...
Aku sangat yakin kali ini pun dapat rangking, kalo tidak tetap 2 paling-paling 3 atau paling sial angka 5 bisa kudapatkan. Saingan paling berat memang sepupuku si Didi itu, dia memang rajin banget. Saking rajinnya, bila ujian tiba dia sudah tidak lagi baca buku atau belajar, buku-bukunya sudah tersusun rapi, sudah diberesin. Memang dia mempersipkan setiap ujian-jauh-jauh hari. Kalo aku pake sistem SKS, dikebut semalaman, tumben-tumbenan pake shalat hajat lagi, hehe...
Pesaing perempuan palingan si Ooh, kemarin berjumpa hanya lewat poto doang, tak sempat bertemu wajah, pulang kampung sibuk jalan-jalan lupa tujuan utama silaturahmi. Maklum sudah kangen dengan suasana sejuk pegunungan.
Ooh ini cukup rajin, pernah mengalahkan nilai matematiku. Sewaktu ujian dia dekat denganku, sampai-sampai teman-teman curiga, dia nyontek sama aku. Tapi memang dia cukup pintar. Belakangan sewaktu SMP malahan sesekali aku pinjam buku sama dia. Tulisannya rapih, pantaslah bila sesekali mantatin aku diperolehan rangking.
Ya, Tuhan baru 300an kata, apalagi mo cerita.... Maaf ya, aku tambahin preambul cerita pada paragrap kedua setelah cerita ngompol.