Di tengah hiruk-pikuk dunia modern, istilah "tasawuf" sering kali terdengar asing bagi banyak generasi muda. Padahal, nilai-nilai tasawuf sebenarnya sangat relevan untuk menjawab kegelisahan yang sering dirasakan oleh generasi milenial dan Gen Z: kecemasan tentang masa depan, keresahan akibat media sosial, dan kekosongan batin di tengah kesibukan sehari-hari.
Tasawuf, secara sederhana, adalah jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui pembersihan hati dan penghayatan spiritual yang mendalam. Bukan soal meninggalkan dunia, tapi bagaimana tetap berada di dalamnya tanpa kehilangan arah. Bagi generasi yang tumbuh di era teknologi, bagaimana tasawuf bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari? Mari kita bahas!
1. Kesederhanaan di Era Kemewahan
Salah satu prinsip dasar tasawuf adalah zuhud, yaitu hidup sederhana dan tidak terlalu melekat pada dunia. Bukan berarti kita tidak boleh menikmati gadget canggih atau pakaian keren, tapi lebih kepada bagaimana kita memandangnya. Apa benar memiliki iPhone terbaru akan membuat kita lebih bahagia? Atau sebenarnya hanya agar "terlihat" di mata orang lain?
Contoh nyata: Ada seorang mahasiswa yang mulai merasa tertekan karena harus terus tampil sempurna di media sosial. Setelah mempelajari tasawuf, ia mulai membatasi penggunaan media sosial dan fokus pada hal-hal yang lebih bermakna, seperti membantu teman-temannya belajar atau mengikuti kegiatan sosial. Hasilnya? Ia merasa jauh lebih damai dan tidak lagi tergantung pada validasi online.
2. Mengelola Hati di Tengah Tantangan
Generasi muda sering menghadapi "toxic positivity" --- tekanan untuk selalu terlihat bahagia meski sedang tidak baik-baik saja. Tasawuf mengajarkan pentingnya muhasabah (introspeksi diri) dan ridha (penerimaan atas takdir). Dengan memahami bahwa semua yang terjadi dalam hidup adalah bagian dari skenario terbaik Allah, kita bisa lebih tenang menghadapi ujian.
Contoh: Seorang pekerja freelance yang kehilangan proyek besar awalnya merasa sangat kecewa. Tapi setelah merenungi konsep qana'ah (merasa cukup) dalam tasawuf, ia mulai melihat kejadian itu sebagai peluang untuk mengeksplorasi pekerjaan baru yang ternyata lebih sesuai dengan minatnya.
3. Membangun Koneksi Spiritual di Dunia Digital
Di zaman sekarang, banyak orang merasa terputus dari sisi spiritual mereka. Salah satu solusinya adalah dengan memanfaatkan teknologi untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ada aplikasi pengingat shalat, grup kajian online, hingga konten dakwah di TikTok dan Instagram yang bisa menjadi pintu masuk untuk memahami nilai-nilai tasawuf.
Contoh: Seorang Gen Z menemukan akun Instagram yang membahas kisah-kisah sufi seperti Rumi dan Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Dari sana, ia terinspirasi untuk membaca lebih banyak tentang tasawuf dan mulai menerapkan doa-doa pendek dalam kehidupan sehari-hari.