Mohon tunggu...
Manuel Simbolon
Manuel Simbolon Mohon Tunggu... -

Manuel Simbolon, lahir di Bogor, 12 Mei 1987. Pendidikan S1 ditempuh di Fakultas Hukum, Universitas Brawijaya, Malang. Mantan ketua GMKI Cabang Malang. Pendiri Rustig Institute.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sajak Buruh Tambang

21 Oktober 2010   02:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:15 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Kami yang terkubur hidup-hidup diantara batu-batuan cadas kaya emas ini bukanlah siapa-siapa. Tak akan pernah berharga sebelumnya. Ya, sebelum kau tahu bahwa kami pernah ada.

Kami yang terkubur hidup-hidup diantara keserakahan dan keangkuhan kuasa pertambangan tak punya kekuatan apa-apa, Sebelum Yang Hidup menghibahkannya.

Kami hanyalah pencari nafkah

menjadi pembantu bagi kapitalis serakah

yang saat ini bersantai di depan televisi ditemani anak istri,

dengan kaus kaki hangat dan segelas kopi.

Kami hanya ingin hidup lebih lama

menikmati masa tua

untuk mengajarimu, bahwa dibawah sana

aku sudah bertemu Tuhan dan setan

dan Tuhan adalah pemenang.

"Dulce Patria, recibe los votos

Con que Chile en tus aras juró:

Que o la tumba será de los libres

O el asilo contra la opresión."

Lembah Arjuna, 15 Oktober 2010.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun