Mohon tunggu...
Satya Valdewa
Satya Valdewa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa semester 1, Prodi Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Saya satya Valdewa Lahir 12 Januari 2005 Hobi saya adalah bermain game Saya adalah mahasiswa aktif di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hereditas dan Lingkungan Alam dalam Proses Perkembangan Manusia Beserta Teorinya

10 November 2024   14:45 Diperbarui: 10 November 2024   14:46 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hereditas adalah proses totalitas karakteristik yang diwariskan dari orangtua kepada anaknya melalui gen. Jika disederhanakan, hereditas merupakan pemindahan sifat dari generasi ke generasi yang terjadi melalui proses reproduksi.

Definisi Lingkungan mencakup berbagai kondisi, situasi, dan interaksi sosial yang mempengaruhi perkembangan individu. Berdasarkan pandangan hereditas, gen yang berasal dari karakteristik bawaan yang diwariskan (genotip) oleh orang tua dapat mempengaruhi karakteristik seorang individu.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Sholihah dan Niam (2019), mereka menyatakan faktor hereditas dan lingkungan adalah faktor yang bisa mempengaruhi perbedaan pada individu. Faktor hereditas dan lingkungan saling mempengaruhi proses pembentukan kepribadian manusia.

Dalam pengaruh hereditas, terdapat pembagian yang diantaranya ialah; perkembangan fisik, perkembangan kognitif, perkembangan emosional. Sedangkan pada pengaruh lingkungan juga terbagi menjadi beberapa bagian seperti; lingkungan fisik, lingkungan sosial, dan pendidikan serta pengasuhan.

  • Teori Empirisme

Empirisme merupakan sebuah kata yang berasal dari bahasa Yunani, yakni "empiria" yang berarti pengalaman. Jika menilik konteks etimologinya, pengalaman yang dimaksud dalam empirisme adalah pengalaman yang berkaitan dengan apa yang ditangkap oleh pancaindra. Teori ini berkembang di Inggris sejak abad ke-17. Tokoh-tokoh dalam teori ini diantaranya John Locke, David Hume, dan Bishop Berkeley.

Para penggagas dan pendukung teori empirisme meyakini bahwa pengalaman dalah segalanya, yang berarti semua pengetahuan yang dimiliki oleh manusia diperoleh melalui pengalaman yang konkret, yang mana penalaran yang bersifat rasional tidak dianggap.

Nativisme merupakan suatu istilah yang berasal dari kata latin "Natus", yang berarti "lahir" atau "pembawaan". Dengan kata lain, sifat-sifat dan kemampuan individu ditentukan oleh faktor keturunan atau hereditas. Salah satu tokoh berpendapat mengenai Nativisme, yakni Sakti (2019) yang berpendapat bahwa aliran Nativisme bertolak dari Leibnitzian Tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan seperti pendidikan kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak.

Teori ini memiliki tujuan yang diantaranya; Menemukan bakat terpendam yang dimiliki, Mengasah kompetensi diri sehingga menjadi ahli, dan Memotivasi tiap individu untuk menentukan sebuah pilihan. Dalam teori nativisme ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan manusia, diantaranya faktor genetic, faktor kemampuan anak, dan faktor pertumbuhan anak. Selanjutnya terdapat implikasi teori nativisme dalam pendidikan psikologi, terbagi menjadi empat; pesimisme pedagogis, peran bakat dan keterampilan, rekruitmen peserta didik, dan keterbatasan lingkungan

Teori ini dipelopori oleh seorang filosof serta psikolog jerman, yakni William Stern (1871-1938). Menurut teori konvergensi seorang anak dilahirkan dengan sifat baik dan buruk. Menurut William Sterm, pendidikan berpaut pada hereditas anak dan juga lingkungan sekitar, hal tersebut dikarenakan heredita dan lingkungan seperti dua hal yang memiliki tujuan yang sama. Dalam teori ini menggabungkan arti penting hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia.

Para penganut teori ini, mereka berkeyakinan bahwa fakta pembawaan maupun faktor lingkungan memiliki andil yang sama besar dalam menentukan masa depan seseorang. Salah satu psikologi amerika yakni Sartain, membagi lingkungan yang mempengaruhi individu menjadi tiga bagian, yakni; lingkungan alam luar, lingkungan dalam, dan lingkungan sosial atau masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun