Mohon tunggu...
Satya Utami
Satya Utami Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Fakultas ekonomi dan Bisnis Universitas Mahasaraswati Denpasar Bali

Blogger Bali

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Minggu... Ketemu...

12 Maret 2022   21:53 Diperbarui: 12 Maret 2022   22:08 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Minggu ke 3 dibulan itu..

Hari yang aku tunggupun sudah tiba. Bersama anak-anakku yang lainnya, aku berangkat menuju Bandara Internasional dipulau Dewata ini untuk menjemput mereka yang kutunggu.  Kedatangan mereka lah yang kutunggu dihari bahagia itu. Ya mereka adalah suami dan tarunaku. Setelah sampai dibandara dengan sabar kutunggu mereka, 20 menit kemudian pertemuan dengan tarunakupun terjadi. Terharu, rindu, senang dan bahagia bercampur aduk hati ini bertemu dengannya, Aku harus bersabar dengan melewati beberapa bulan purnama untuk pertemuan itu.

Dia tumbuh menjadi anak yang luar biasa dalam hidupku. Sejak anakku menjadi seorang taruna kami sudah sekian kali tidak bertemu, karena kami tidak satu pulau. Dia berada diseberang pulau untuk menempuh Pendidikan. Dari kelas 1 SD sampai tingkat SMK anakku memiliki prestasi yang membanggkan. Pada saat tamat SMK dengan mendapatkan rangking 1 dikelasnya, serta mengikuti beberapa ujian akhirnya diapun bisa menjadi seorang Taruna.

Itu semua merupakan Kebanggaan tersendiri untukku, Terima Tuhan telah memberikan anugrah yang luarbiasa untukku. Tarunaku, Tumpuan, Tempat aku bisa bercerita tentang banyak hal mengenai kehidupan.  Ketika teringat kisah masa kecil anakku tersebut... Lelaki mungil itu lahir dikeluarga yang sederhana, menjadi cucu pertama dari keluarga suami dan menjadi kesayangan mereka. Nenek, kakek, ayah, bundanya serta keluarganya yang lainnya, begitu menyanyanginya, karena dia mampu memberikan kehidupan baru untuk keluarga tersebut.

Seperti ajang piala bergilir, ketika ada orang yang ingin mengendongnya, bayi mungil itu berpindah dan dipangku dari satu orang keorang yang lainnya serta menjadi rebutan untuk menggendongnya. Akupun hanya berucap syukur dan terpana menyaksikan hal tersebut karena bayiku bisa menjadi cahaya yang terang dikehidupanku. Hidup lelaki mungil itu sama seperti yang lainnya, namun dia bisa menjadikan dirinya lebih baik dengan meningkatkan diri untuk lebih giat belajar dan berjuang dalam proses hidupnya. Dimasa kecilnya diapun sering diajak oleh kakek dan neneknya pergi kesawah untuk menghalau burung.  setelah dia besar bisa menjadi contoh untuk adik-adiknya, membantu dan menolongku ketika ada beberapa hal yang tak bisa kulakukan

Kini dia menjadi seorang taruna yang siap mengabdi untuk Negara,  Nusa dan Bangsanya. Semoga Tuhan selalu memberkati anak-anakku. Terima kasih Tuhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun