Mempertimbangkan kekacauan yang ditimbulkan oleh Pandemic Covid-19 pada kesehatan publik dan sistem ekonomi internasional, yang mana sistem ekonomi internasional tersebut didominasi oleh perdagangan Amerika dan manufaktur Cina yang diberi makan oleh negara-negara penghasil energi bahan bakar fosil, termasuk Timur Tengah, telah ada sedikit diskusi mengenai dampak pandemi coronavirus ini terhadap struktur kekuatan yang ada dalam sistem internasional.
Sebagai sebuah perubahan, peristiwa politik internasional ini tidak bisa didikte oleh satu atau dua negara adidaya saja, tetapi sekarang semua negara berlomba-lomba untuk menghadapi musibah yang sama ini, dengan mengadopsi metode yang berbeda-beda mulai dari karantina total dan kebijakan Lockdown hingga memberikan imunisasi masal.
Virus ini, meskipun berasal dari Wuhan di Cina, terbukti telah menjadi salah satu penyeimbang tatanan global yang hebat. Tidak seperti manusia, virus ini tidak peduli dari mana datangnya para korban, agama apa yang mereka ikuti, atau ideologi apa yang mereka yakini. Semua memiliki resiko untuk tertular, sementara itu ketika ekonomi ditutup dan sumber daya menjerit, dinamika kekuatan internasional mungkin melihat sebuah pergeseran zaman dari coronavirus ini.
Tentu saja, masih terlalu dini untuk menyatakan berapa lama Pandemic ini akan bertahan, meskipun saya yakin itu akan terasa seperti bertahun-tahun bagi mereka yang sekarang terisolasi di rumah mereka dan menghabiskan hari-hari mereka menonton Netflix dan K-Drama.
Semuanya bisa saja berakhir dalam beberapa minggu atau bulan, meskipun prediksi lain menyatakan bahwa virus ini dapat mengganggu kita hingga tahun 2021. Namun, terlepas dari berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menangani virus tersebut, dapat dipastikan bahwa segala sesuatu akan berubah dalam jangka waktu yang panjang.
Managing Dirctor of International Monetary Funds (IMF), Kristalina Georgieva, telah menyatakan bahwa Human Cost yang keluar untuk pandemi telah “tak terukur” dan bahwa prospek ekonomi global menampilkan hasil negatif, dia juga mengatakan “resesi yang muncul setidaknya sama buruknya dengan krisis keuangan global atau lebih buruk."
Bagi kepala IMF untuk mengatakan bahwa dampak ekonomi dari virus itu mungkin bisa berdampak lebih buruk menyebabkan politisi, pengusaha, dan karyawan di seluruh dunia merasa khawatir. Sebagai sebuah cerminan dunia internasional dan negara adidaya yaitu Amerika, olehnya kita dapat melihat kebijakan publik Amerika dalam zaman pandemic ini yang dipimpin oleh President Donald Trump..
Sebagai orang yang pernah menjadi pengusaha, Presiden Donald Trump telah mengumumkan bahwa langkah-langkah Social Distancing yang jelas akan berdampak pada perdagangan dan ekonomi yang telah diambil Amerika Serikat akan ditiadakan demi membuka bisnis di Amerika lagi dalam beberapa minggu kedepan.
Keputusan Trump itu tetap diambil meskipun terjadi lonjakan besar dalam kasus coronavirus yang menimpa AS, dengan lebih dari 143.000 kasus yang dikonfirmasi mengakibatkan 2.490 kematian.
Hal ini jelas menunjukan sebuah kelemahan, dan bukan kekuatan. Bagaimana Trump mendasarkan seluruh manifesto politiknya pada kemakmuran ekonomi dan kekuatan militer. Dia telah berusaha keras untuk membual tentang bagaimana ekonomi Amerika tidak pernah lebih baik dan militer AS sekarang benar-benar dibangun kembali dan lebih kuat dari sebelumnya di bawah arahannya.
Menyedihkan memang tentang bagaimana virus ini telah memaksa penutupan secara signifikan di seluruh kegiatan ekonomi, tentang bagaimana pasar saham anjlok dan harga saham jatuh, perekonomian mati dan situasi yang tidak terkendali. Hal inilah yang memantik Naluri komersial Trump yang tidak dapat mentolerir kerugian dan pukulan seperti itu terhadap prestise-nya sebagai orang yang tampaknya akan membangun kembali ekonomi Amerika seperti bualannya, dan meyakini bahwa kampanye pemilihan ulangnya pasti akan gagal kecuali jika ia membuka kembali pasar dan memungkinkan rakyat Amerika untuk bekerja kembali seolah-olah tidak ada yang terjadi.