Mohon tunggu...
Satya Dimitri
Satya Dimitri Mohon Tunggu... -

music is the best of me

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ketika Trotoar Menjadi Korban Kebijakan Politis

11 Maret 2018   15:20 Diperbarui: 11 Maret 2018   15:40 1153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Trotoar, ketika berbicara mengenai trotoar, yang terlintas di benak saya adalah tempat berjalan kaki di sudut jalan raya yang setidaknya menjadi pembatas antara pejalan kaki dan yang berkedara. Entah kenapa sangat menarik sekali ketika trotoar di jalan Sudirman-MH Thamrin Jakarta selalu dirombak dan dirombak oleh pemerintah DKI Jakarta.

Dari Kepemimpinan Ahok sebenarnya sudah sangat baik menurut saya. Kenapa begitu, dengan mengurangi atau melarang kendaraan roda dua (sepeda motor) dari jalan protokol, kalau menurut masa Ahok dijelaskan Kepala Dinas Perhubungan saat itu, M Akbar, "Tiga tahun terakhir ada 1.500 orang meninggal dunia. Itu yang dicatat, yang tidak dicatat masih banyak. Tapi kita tidak pernah risau. Jadi pembatasan lalu lintas di Thamrin dan Merdeka Barat ini mengurangi banyak orang yang meninggal karena kecelakaan sepeda motor," pada Selasa (25/11/2014) ( detik.com ) 

Nah, dari situ tentu banyak kajian yang dilakukan sebelumnya. Berarti ini bukan hanya untuk pemerintah Jakarta saja tapi juga untuk kepentingan orang banyak, termasuk pengendara roda dua itu sendiri. Terlebih lagi jalan itu sebagai jalan utama Jakarta setidaknya baiknya terlihat rapi dan bersih serta mengurangi kemacetan. Itu hal yang positif yang harusnya bisa dipikirkan oleh Pak Anies, bukannya dirubah.

Menurut Anies, desain itu dia rombak lantaran tak ada jalur untuk sepeda motor. "Begitu rancangannya jadi, disitu tidak ada (jalur) kendaraan bermotor. (Desainnya) tampaknya indah di mata, tapi tidak indah di hati. ( liputan6.com) "Kenapa? Karena kendaraan bermotor tidak boleh masuk Sudirman-Thamrin," ujar Anies.

Dia menginginkan semua lapisan masyarakat Jakarta dapat merasakan penataan kawasan Sudirman-Thamrin. Jadi keberpihakan itu bukan kami lakukan dalam retorik, tapi dalam mindset. Mindset-nya adalah bahwa setiap policy harus membuat kesetaraan kesempatan kepada warga Jakarta," ujar dia. 

Namun alangkah tidak baiknya sebagai seorang pemimpin untuk tidak memberikan komentar buruk terhadap yah ibaratnya seniornya yang lebih dulu menjadi pemimpin Jakarta. Karena seyogyanya pemimpin yang baik tidak akan membuat orang berpikir untuk membeda-bedakan mereka. Karena semuanya pasti punya kebaikan masing-masing. Proyek  Trotoar Sudirman-Thamrin akan dilebarkan hingga 10 meter, seharusnya tidak perlu terlalu lebay dalam perancangannya.

Karena bersempena akan diadakan event akbar pada agustus tahun ini, harusnya pemerintah lebih fokus kepada event tersebut daripada harus memperburuk keadaaan dan menjadikan trotoar menjadi kepentingan politik. Yang seharusnya trotoar itu cukup diperbaiki saja tapi tidak makin diperburuk keadaannya dengan ide-ide yang tidak masuk akal atau lebay

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun