Sebuah kebingungan itu akhirnya terjawab di depan matanya. Sebuah pertanyaan yang melanglang buana ke sana kemari mengikuti pikiran Saprol kemana pun dia pergi. Ke kamar, ke pasar, ke rumah Gambalena, ke kuburan, ke rumah tetangga, ke toilet tetangga, ke kamar istri tetangga, dan lain-lain.
Sebuah pertanyaan yang begitu membingungkan terkait kenapa Tuhan harus menciptakan dunia ini untuk manusia? Dan manusia seperti apa, kok Tuhan mau-maunya menciptakan dunia ini untuknya? Sudah pasti bukan sembarang manusia. Bukan manusia-manusia sempalan. Bukan manusia yang hobi petantang-petenteng tak jelas. Sudah pasti dia adalah manusia yang sangat layak dikatakan sebagai manusia. Entah mau dikatakan superman atau yang lainnya, yang jelas dia adalah manusia yang sudah berhasil menjadi manusia. Karena kita tahu bahwa sebagai manusia kita harus menjadi manusia. Artinya, tubuh manusia kita ini harus diisi dengan sesuatu yang bersifat kemanusiaan. Namanya juga human being...
Akhirnya Saprol sadar bahwa dunia ini tak akan ada tanpa manusia, bahkan mungkin jagat raya ini. Bahwa manusia adalah subjek utama dalam cerita kehidupan. Dunia ini adalah cerita yang memiliki skenario di mana manusia sebagai peran utamanya. Manusia memiliki tanggungjawab besar, tugas besar untuk mengurus kehidupan. Bagi Saprol itu merupakan hal yang sangat berat. Pertanggungjawaban yang tak main-main.
Selain dunia diciptakan untuk manusia, Saprol juga berpikir sebaliknya: bahwa dunia atau kehidupan ini harus disadari keberadaannya. Artinya, dimaknai, dipahami, dan dikenali konstelasinya sehingga kemudian bisa disikapi. Dunia memang ada, tapi bukan berarti otomatis sudah disadari oleh semua manusia. Itu bisa juga dalam konteks keberadaan apapun.
"Tidak mungkin manusia tidak memikirkan dunia ini, kehidupan ini, tempat dia berada di dalamnya," kata Saprol. "Manusia pasti akan memikirkannya, walaupun tidak semua orang."
Apa yang dikatakan Saprol tadi memang bukan suatu yang baru. Tapi itu sesuatu yang baru bagi mereka yang baru menyadari keberadaan dirinya. Sampai kemudian persoalannya bukan lagi tentang untuk apa kita di dunia atau yang semacam itu, melainkan untuk apa Tuhan menciptakan dunia. Jawabnya: untuk manusia.
Tapi kalau untuk manusia, apa maksudnya?
Di sini Saprol mengatakan: "Ya untuk manusia. Tuhan memberikan karunia-Nya melalui dunia, tapi persoalannya adalah bagaimana kita menggunakan karunia-Nya tadi. Karena nyatanya banyak yang menyalahgunakan pemberian Tuhan dan kemudian malah merusak dunia.
"Maksudku, dunia ini untuk manusia, tapi bisa jadi untuk dijaga atau untuk dirusak. Jadi tergantung bagaimana manusia memanfaatkannya. Walaupun parameternya sudah jelas. Baik dan buruk itu sudah jelas. Yang harus dilakukan dan yang tak boleh dilakukan itu sudah jelas.
"Kita pasti tau kalau dunia ini bukan untuk dirusak. Kembali lagi, karena ini soal pertanggungjawaban. Jadi tidak seenaknya sendiri. Juga karena pertanggungjawaban adalah soal kesadaran eksistensial. Manusia sadar akan keberadaannya di dunia, kemudian dia sadar bagaimana menyikapi dan berperilaku di dunia, dari situ dia akan sadar bahwa dia memegang sebuah tanggung jawab.
"Coba saja pikir, kurang baik apa Tuhan sampai-sampai Dia menciptakan dunia untuk kita, walaupun itu kita rusak? Maksudku, dunia dalam arti luas. Karena di dalam dunia itu kan ada dunia lain, alam lain, sub-sub dunia. Bisa dunia binatang, tumbuhan, jin, atau apapun. Itulah yang kita ganggu."