Mohon tunggu...
Iya Oya
Iya Oya Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki

90's

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Segelas Kopi yang Tak Pernah Disadari

19 Desember 2018   21:37 Diperbarui: 19 Desember 2018   21:57 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Segelas kopi pahit dan sebuah asbak itu berdampingan bagai sepasang kekasih di atas meja. Sedangkan di samping meja itu seorang bajingan bernama Saprol menikmati malam sambil berharap malam akan lebih panjang. "Sekalipun itu hanya perasaanku saja," katanya pasrah.

Kopi pahit itu pun berkurang sedikit demi sedikit, seiring berjalannya waktu yang sengaja memperlambat jalannya. Menyebalkan memang.   Sedangkan asbak rokok di sampingnya sama sekali tak terdapat abu rokok di atasnya, walaupun Saprol sudah menghabiskan berbatang-batang rokok "random". Ya, "random", karena memang dia sendiri pun tak pernah mengingat apakah rokok yang dihisapnya itu dibelinya sendiri atau malah meminta dari orang lain dengan balasan doa semoga si pemberi rokok dimasukkan ke surga. Sebuah doa yang benar-benar tulus dari Saprol, karena dia pun pernah mengatakan: "Aku ingin semua manusia masuk surga, walaupun aku pun tau kalau Tuhanlah yang berkehendak menentukan siapa yang akan memasukinya."

Selalu saja dia keheranan dengan asbak rokok yang masih terlihat bersih itu. "Anginnya kencang apa ya? Kayaknya nggak," sambil menatap asbaknya tadi, dan si asbak pun mengejek dengan mengeluarkan lidahnya yang mungil.

Sedangkan kopi pahit tersebut, terasa makin mantap saja walaupun sudah hampir habis. Bukan, bukan kopi mahal yang diiklankan di TV dengan pemeran-pemeran yang terlalu didramatisir sampai-sampai terkesan begitu sensual. Hanya kopi sederhana yang seringkali dioplos dengan kopi yang sudah berbulan-bulan tak dibuka bungkusnya karena lupa.

Saprol memang tak menyadari. Dia tak pernah tahu kemana tangannya mengarah membuang abu rokoknya. Apakah memang ke asbak rokok itu, atau malah ke dalam gelas kopi. Untung saja kopinya semakin mantap.  Sebuah keberuntungan yang nyata bagi Saprol, yang sekali lagi, dia tak pernah menyadarinya.

Bagi Saprol, hidup harus dinikmati sebagaimana segelas kopi yang tak pernah disadari itu. Walaupun dia seringkali merasa malas ketika berhadapan dengan suatu keadaan. Tapi bagaimana pun itu, Saprol meyakini bahwa ada kebaikan di balik sesuatu yang tak enak tersebut. Dia sangat yakin itu.

Bagi Saprol, bagaimanapun keadaannya akan sama saja pada akhirnya. Bahkan surga dan neraka itu sama baiknya, karena Tuhan Maha Baik. Dan manusia pun bebas memilih apakah mau memasuki surga atau neraka. Surga baik bagi manusia yang berbuat baik. Dan Neraka baik bagi mereka yang berbuat jahat. "Jadi, biarlah manusia memilih sendiri!" ucapnya kepada seekor cicak yang sedang malas menempel di dinding. Cicak itu tampak keheranan. "Ini orang kenapa sih?" si cicak tadi berkata sambil menggaruk kepalanya yang sama sekali tak gatal.

Kasihan si cicak tadi. Ini bukan pertama kalinya si cicak menjadi korban kekesalan Saprol yang seringkali marah secara tiba-tiba.

"Why always me?!" bertanya si cicak kepada dirinya seraya menyesal dan berjanji pada alam semesta bahwa dia tidak akan berada di tempat itu lagi ketika si bajingan Saprol duduk di situ.

"Padahal gue yang duluan nongkrong di sini!" kata si cicak lagi. "Harusnya dia angkat pantat dari tempat ini!' ucap si cicak semakin kesal.

Si cicak pun pergi. Tapi dia tak takut dan tak bersedih hati, karena dia adalah makhluk Tuhan yang bertakwa. Tak ada perintah Tuhan yang tak dilanggarnya. Tuhan berkehendak apapun, dia selalu melakukannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun