Mohon tunggu...
Iya Oya
Iya Oya Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki

90's

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Terbanglah Engkau DJ Butterfly!

3 April 2017   12:38 Diperbarui: 4 April 2017   18:07 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa sih yang tak suka lihat DJ Butterfly joget menggal-menggol setengah bugil kayak gitu? Tentunya selama dia beneran perempuan tulen, lho ya. Kalau tahu dia mantan lelaki, ya saya juga emoh. Atau, siapa sih yang tak tertarik dengan berita saat Nikita Mirzani ke kantor polisi tak pakai BH? Atau gini sajalah: siapa sih yang tak tertarik lihat perempuan bugil? Sekali lagi, asal bodinya bohai, lho ya.

Kalau harus mengatakan jujur, hal begituan ya pasti menarik bagi saya pribadi. Cuma masalahnya, tentu saya kan tak bisa untuk selalu memprioritaskan kepentingan atau kesenangan pribadi saya sendiri. Tapi dari fenomena di atas, kok saya jadi khawatir ya?

Saya paham kalau kita ini bisa dikatakan masih labil. Di sisi lain, sebenarnya saya yakin kalau kita masih sangat ingin berprinsip pada nilai etika dan moral. Okelah kalau kita tidak mengikutsertakan aspek religiusitas dalam tulisan ini. Saya yakin, walau hanya berdasarkan pada nilai kultural saja, saya pikir kita masih tahu mana baik dan mana yang buruk.

Bukannya apa, seandainya saja bangsa ini sudah mantap berprinsip dalam memegang nilai-nilai tadi (maupun nilai keagamaan, tentunya), orang-orang dari luar mau datang ke negeri ini sambil telanjang bulat pun tak apa-apa. Silakan saja, karena kita pun sudah pandai dalam menyikapi hal-hal seperti itu. Lha, terus gimana kalau sekarang masyarakat, terutama remaja, masih suka meniru mentah-mentah apa yang mereka lihat tanpa memperhitungkan nilai baik-buruk tadi? Soal jawabannya, saya kira kita tahu sendirilah.

Memang, yang begini ini pun tak terlepas dari persoalan eksistensial. Maksud saya, kalau mau dilihat orang banyak, kan caranya bisa bermacam-macam. Tapi ya mestinya jangan cuma hanya mikirin kepentingan pribadi saja-lah. Apa tak pernah terpikirkan di kepala mereka soal dampaknya bagi orang-orang yang ramai-ramai melihat? Masalahnya, kalau persoalan eksistensial ini pun cuma dimaknai demi kepentingan eksistensi pribadi itu sendiri, ya akibatnya kayak begini ini. Dalam arti, pertimbangan nilai etika dan moral pun dikesampingkan. Saya cuma mau bilang, kalau orang-orang semacam itu mestinya berpikir sedikit-lah sebelum menggal-menggol jogay-joget di depan orang banyak. Apalagi yang namanya medsos, saat ini siapa pun bisa membukanya.

Sekali lagi, saya bukannya tak suka. Tapi, apa saya mesti begitu saja menyukai sesuatu tanpa memikirkan soal dampak, konsekuensi, dan nilainya? Sedangkan kita sebagai manusia tentu harus mengetahui perihal nilai-nilai tadi sebagai fundamen di tengah kerancuan dunia yang isinya kayak es campur ini.

Lagian, kalau saya tidak mempersoalkan nilai-nilai tadi, tentu (kalau bisa) sudah saya undang mereka buat acara di depan pintu rumah saya. Kalau perlu, saya akan undang anda sekalian. Dan kalau mereka mau, suruh saja mereka bugil di depan mata kita langsung. Tapi kan anda tahu sendiri kalau itu tak mungkin saya lakukan. Apa itu baik kalau dilihat adik-adik saya? Atau, apa itu baik kalau disaksikan bapak-bapak maupun mbah-mbah yang sudah beranak-cucu? Atau, apa itu baik bagi saya sendiri? Kalau pertanyaan yang terakhir, ini sudah urusan tanggungjawab saya di depan Tuhan, pastinya. Dan seandainya hal itu pun saya lakukan, tentu bisa dibakar hidup-hidup saya di depan warga!

Tapi, pokoknya, seperti inilah konstelasi kita sekarang. Saya mengatakan "kita" dan bukan "saya" atau "anda". Makanya, saya pikir ini juga inheren dengan kepentingan kolektif, dan bukan cuma urusan personal belaka.

Jadi saya kira, lebih baik terbanglah engkau DJ Butterfly dan teman-temanmu sekalian. Saudaramu di negeri ini masih mau berpegang teguh pada nilai-nilai, karena kami masih bernilai. Dan jangan lagi kalian terbangkan baju, celana, BH, maupun pakaian dalam itu di depan mata kami. Kami belum dewasa. Intelek dan spiritualitas kami masih labil. Tunggulah sampai kami bener-bener dewasa.[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun