Belajar dari kesuksesan kepemimpinan jokowi di kota solo dan bagaimana dia memular balikkan prediksi awal lembaga2 survey Pilkada di DKI, memperlihatkan bahwa rakyat indonesia merindukan sosok pemimpin yg sederhana, merakyat dan tetapi memiliki empati yg tinggi rakyatnya. Rakyat  kini sdh semakin pandai membedakan kapan seorang pemimpin itu "TULUS" memberikan perhatian ato kapan mereka hanya sekedar mencari simpati ataupun sensasi...soal kepandaian dan strategi apa yg akan dijalankan sepertinya sekarang menjadi no.2
Rakyat cenderung mencari bukti, sekalipun mungkin bukti yg diberikan kecil, tetapi itu jauh lbh baik drpd hanya sekedar mengedepankan visi dan strategi. Filosofi "
Ngluruk tanpa bala, Menang tanpa Ngasorake" (menyerbu tnp bala bantuan dan menang tanpa merendahkan orng lain) yg sedikit banyak terlihat dari cara hidup
Jokowi yg sepertinya sdh menjadi barang langka para pemimpin indonesia didlm mendapatkan ataupun mempergunakan kekuasaan. Ada bbrp hal yg sy amati menarik didalam kepemimpinan Jokowi di kota
Solo, bagaimana kesederhanaannya ketika berbaur dng rakyat kecil, misalnya ketika acr koes plus-an di sriwedari, dia berbaur dng Tukang Becak (bahkan katanya hampir tidak bs dibedakan dng Tukang Becak beneran....wkwkw, Peace, lho pak..!).
Bahkan saya melihat sendiri, pada suatu minggu pagi minggu, Jokowi jadi kusir dng kereta kuda kemudian para pemuda, berteriak "pak...pak...saya naik ya", dng tersenyum dia mengiyakan...dan teman-teman yg lainnyapun berbondong2 utk "nunut", kereta yg Jokowi kusir-i..Ketulusan seorang pemimpin itulah dirindukan rakyat
Indonesia dan pasti suatu saat ketulusan itupun dikembalikan rakyat dalam wujud rasa HANDARBENI (Merasa memiliki) rakyat pada pemimpinnya.
Nggak heran jika dlm pilkada terakhir di solo dimenangkannya dengan lebih dari suara 90 persen, tanpa kampanye.Bukti lain adalah ketika kasus "Saripetojo" mencuat dimana Jokowi dikatakan "bodoh", sebenarnya mungkin pak Jokowinya sih... santai2 saja, tapi waktu itu sangat terlihat gelora amarah masyarakat solo yg tidak bisa merima pernyataan tsb, penghinaan terhadap pemimpinnya dirasakan sbg penghinaan kpd rakyat (mungkin krn terbawa rasa cinta pemimpinnya).Bahkan ketika awal ada isu bahwa Jokowi akan ikut dlm Pilkada DKI sbnrnya bnyk warga solo yg tdk setuju bahkan protes dan enggan merelakan (bs dilihat di twitter yg mention jokowi). Pemandangan yg sungguh jarang dilihat,ternyata ketika rakyat bangga terhadap pemimpinnya, mereka akan melakukan apa saja demi sang pemimpin. Rasa
EMPATI akan menumbuhkan
KETULUSAN dan dengan ketulusan akan tercipta hubungan EMOSIONAL yg positif antara pemimpin dan rakyat. Suasana
SUPEKET ini adlh modal utama suatu perubahan yg baik. Sesungguhnya Indonesia membutuhkan pemimpin yg sungguh mau untuk
KOMPAK dng rakyatnya, bermodalkan rasa
EMPATI yg tulus,
ORA GELEM GOROH (Jujur) disertai dengan niat yang semata-mata ditujukan untuk
NGENTAS PAPA CINTRAKANING BANGSA (Kesengsaraan dan Penderitaan bangsa) disingkat
KEONG, sy yakin pasti pemimpin tersebut akan mendapatkan
WAHYU ILAHI yg akan membuatnya pemimpin besar, seperti Gajah Mada dan Ir.
Soekarno  (bagi saya ini adalah 2 pemimpin terbesar sepanjang sejarah bangsa ini.) dan Kejayaan bangsa dan negara ini akan berulang kembali.... Jayalah Indonesiaku...!!! Sumber Gambar : Tribunews.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Politik Selengkapnya