Mohon tunggu...
Satriyo Wibowo
Satriyo Wibowo Mohon Tunggu... Musisi - I'm Ordinary people - Cofounder SMI

#musician #songwriter #guitarist #composer #sekolahmusikindonesia @wibowoproject @kabarsegalamusim @ukuleleworship

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Cyber Teaching

25 Februari 2015   16:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:32 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Hal yang paling mutakhir pada masa sekarang ini adalah berkembangnya apa yang disebut “cyber teaching” atau pengajaran Maya, yaitu proses pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan internet. Istilah lain yang makin populer saat ini ialah e-learning yaitu satu model pembelajaran dengan menggunakan media Teknologi Komunikasi dan Informasi khususnya Internet.

Cukup menarik jika membahas tentang budaya “cyber teaching” dalam dunia pendidikan yang sekarang ini sangat pesat perkembangannya, bahkan kalau kita berbicara tentang budaya digital pasti tidak akan ada habis-habisnya. Banyak yang bisa kita amati mulai dari kapan era digital ini ada, dan  tentangperkembangan yang semakin lama semakin mutakhir adanya.

E-learning sendiri pertama kali diperkenalkan oleh universitas Illinois di Urbana-Champaign dengan menggunakan sistem instruksi berbasis komputer (computer-assisted instruction ) dan komputer bernama PLATO. Sejak itu, perkembangan E-learning dari masa ke masa sangat begitu cepat (1990). Menurut Rosenberg (2001), e-learning merupakan satu penggunaan Tekonologi Internet dalam penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas yang berlandaskan tiga kriteria, yaitu:

a.E-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan, mendistribusi dan membagi materi ajar atau Informasi.

b.Pengiriman sampai kepengguna terakhir melalui komputer  dengan menggunakan teknologi Internet yang standar.

c.Memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di balik paradigma pembelajaran tradisional.

Sejalan dengan perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi itu sendiri pengertian e-learning menjadi lebih luas yaitu pembelajaran yang pelaksanaannya didukung oleh jasa teknologi seperti telepon, audio, videotape, transmisi satellite atau komputer. Robin Paul Ajjelo juga mengemukakan secara ilustratif bahwa di masa-masa anak-anak sekolah bukan lagi membawa buku-buku dan alat tulis seperti sekarang ini, akan tetapi berupa :

a.Komputer notebook dengan akses internet tanpa kabel, yang bermuatan materi-materi belajar yang berupa bahan bacaan, materi untuk dilihat atau di dengar, dan dilengkapi dengan kamera digital serta perekam suara.

b.Jam tangan yang dilengkapi dengan data pribadi, uang elektronik, kode security untuk masuk rumah, kalkulator dan sebagainya.

c.Videophone bentuk saku dengan perangkat lunak, akses internet, permainan, musik, dan TV.

d.Alat-alat musik.

e.Alat-alat olahraga.

Yang mana ini semua sudah mulai menjadi budaya yang sedang dan bahkan sudah mulai dibangun, dimana semua masyarakat mengarah ke kehidupan budaya digital.

Menurut “Raymond Williams”

Budaya mengacu kepada suatu proses umum perkembangan intelektual, spiritual, dan estetika. Rumusan ini mengacu pada perkembangan kebudayaan Eropa (Barat) yang menonjolkan faktor kreativitas para pemikir, filsuf, seniman, dan tokoh-tokoh besar lainnya. Budaya merujuk pada karya dan praktik intelektual, terutama aktivitas artistik.

Masih menurut Williams, budaya juga bisa berarti pandangan hidup tertentu dari masyarakat, periode, atau kelompok tertentu. Dalam definisi ini, budaya tidak lagi terbatas pada faktor intelektual dan estetisnya saja, tetapi mencakup juga perkembangan dinamika kemasyarakatan lainnya seperti hiburan, olahraga, dan sebagainya yang lebih bersifat profan.

Budaya digital pada dunia pendidikan yaitu bagaimana seorang pendidik atau peserta didik dapat belajar dan mencari pengetahuan dengan bantuan menggunakan media digital. Kemajuan teknologi pendidikan yang sangat pesat telah membuat suatu kebudayaan baru yang disebut Digital Culture atau kebudayaan di dunia digital. Hadirnya ragam method dan gadget telah menciptakan suatu wadah baru bagi pendidikan untuk lebih innovative, creative dan revolusi hingga proses dalam mendidik dimudahkan dan peserta didik mendapat pengetahuan serta bisa mandiri dalam belajar.

UNESCO melalui “The International Commission on Education for the Twenty First Century” dalam menghadapi abad ke-21 mereka merekomendasikan Pendidikan yang berkelanjutan (seumur hidup) yang dilaksanakan berdasarkan empat pilar proses pembelajaran, yaitu  :

1.Learning to know (belajar untuk menguasai pengetahuan)

2.learning to do (belajar untuk mengetahui keterampilan)

3.learning to be (belajar untuk mengembangkan diri), dan

4.Learningto live together (belajar untuk hidup bermasyarakat)

Untuk dapat mewujudkan empat pilar pendidikan di era globalisasi informasi sekarang ini, para guru sebagai agen pembelajaran perlu menguasai dan menerapkan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam pembelajaran. Sehingga guru-guru perlu adanya pengembangan diri untuk mengikuti era “cyber teaching” dan jangan sampai ketinggalan.

Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan dengan menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail dan lain sebagainya. Interaksi antar guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka dan juga dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut. Seperti yang sudah di lakukan oleh beberapa sekolah di negera Amerika dimana mereka menggunakan media online seperti twitter untuk berdiskusi dan mencari berita atau bahan ajar dalam proses belajar mengajar di kelas, tidak hanya itu siswa dan guru bahkan bisa mendapat materi dalam menggunakan “cyber teaching” tidak terbatas banyaknnya pengetahuan didalamnya. Dengan begitu siswa dapat memperoleh informasi dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber media cyber space atau ruang maya dengan menggunakan komputer atau internet. Dan guru dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan siswa, hanya melalui email guru dapat menerima hasil kerja dari siswa-siswinya. Hal itu menunjukkan bahwa gejala kelengkapan anak sekolah dimasa itu nanti berupa perlengkapan yang bernuansa Internet sebagai alat bantu belajar.

cyber teachingSebagai sebuah proses, teknologi pendidikan bersifat abstrak. Dalam hal ini teknologi pendidikan bisa dipahami sebagai sesuatu proses yang kompleks, dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari jalan untuk mengatasi permasalahan, melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan masalah tersebut yang mencakup semua aspek belajar manusia (AECT, 1977), Sejalan dengan hal tersebut, maka lahirnya Teknologi Pendidikan yang mencuat saat ini, meliputi pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan, peningkatan mutu atau kualitas, relevansi, dan efisiensi pendidikan. Permasalahan serius yang masih dirasakan oleh pendidikan mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi adalah masalah Kualitas tertentu saja, ini dapat dipecahkan melalui pendekatan Teknologi Pendidikan.

Teknologi pembelajaran terus mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan zaman. Dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari kita sering jumpai adanya pemanfaatan dari perkembangan Teknologi dalam dunia pendidikan, seperti yang sering dilakukan oleh guru atau dosen yaitu mengkombinasikan alat teknologi dalam peroses pembelajaran.

Internet merupakan salah satu alat komunikasi yang murah dimana memungkinkan terjadinya interaksi antara dua orang atau lebih. Kemampuan dan karakteristik internet memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar jarak jauh (E-learning) menjadi lebih efektif dan efisien sehingga dapat diperoleh hasil yang maksimal.

Namun demikian, dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak boleh lupa bahwa Teknologi itu tidak hanya mendatangkan manfaat positif, melainkan juga akan dapat mendatangkan dampak negatif, inilah yang harus tetap kita waspadai. Sebagai seorang manusia kita juga harus bijaksana dalam menyingkapi hal ini, sehingga mampu memanfaatkan teknologi dengan benar, terarah, dan jangan sampai menjadi ketergantungan. Mengingat dimana saat sekarang ini sering kita jumpai dimana-mana banyak para pelajar dan mahasiswa yang sering menggunakan fasilitas Teknologi tidak sesuai dengan yang diharapkan, sehingga hal ini dapat mendatangkan dampak yang negatif.

Jadi penggunaan tekonologi dalam cyber teaching” membawa peserta didik mengalami acceleration – experiments dan belajar mandiri, sehingga menjadi manusia yang utuh. Maka dalam era globalisasi ini kita berdampingan dengan yang namanya teknologi sehingga kita harus menyadari untuk menggunakannya dan hal ini tidak bisa dipisahkan – yaitu masyarakat hidup dalam digital native.

Salam

Satriyo Wibowo, S. Sn

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun