Mohon tunggu...
jokolelono
jokolelono Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

YY, Karena Si Dia Tak Kuat Beli Bus Sekolah

16 Mei 2016   12:15 Diperbarui: 16 Mei 2016   12:32 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dia yang begitu dipuja-puja. Dia yang punya hati begitu mulia. Orang-orang yang sudah sangat kaya raya, tunggangannya mobil-mobil mewah, dia buatkan kereta super cepat Jakarta-Bandung. Dia juga mau membuatkan mereka surga di 17 pulau di Teluk Jakarta. Surga itu berjuluk Garuda  Perkasa. Dia buatkan mereka pembangkit listrik berkekuatan dahsyat 35 mega watt. Dia bangun tol tak cuma di darat tapi juga di laut. Infrastruktur, infrastruktur dan infrastruktur, itulah yang penting.

Kasus YY terjadi karena bukan termasuk hal penting di atas. Kasus YY adalah hal sepele.

Penyebabnya juga sepele, tak pernah ada yang menyadari. Tak pernah ada yang menganggapnya hal penting. Cuma bus sekolah.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pun tak pernah terlintas dalam pikirannya menganggap bus sekolah adalah hal penting. Kok bisa-bisanya kasus YY dihubungkan dengan bus sekolah?

Mari kita lihat. Dengan ketiadaan bus sekolah, pak polisi dengan sangat terpaksa melegalkan anak-anak di bawah umur naik kendaraan bermotor berkeliaran ke sana ke mari. Pak polisi terpaksa membiarkan anak-anak sejak usia dini untuk belajar melanggar aturan, berperilaku liar. Silahkan yang pernah pergi ke luar negri, ceritakan ada ato tidak yang seperti ini di luar sana.

Mari kita lihat kronologi terjadinya kasus YY. Ada yang bilang diawali nongkrong. Anak-anak itu pergi nongkrong naik apa? Jelas pake motor. Apa pak polisi tak lihat? Mungkin lihat, tapi ya itu tadi, terpaksa dibiarkan karena ke sekolah anak-anak itu juga naik motor, karena tak ada bus sekolah. 

Katanya mereka minum minuman keras. Ketika beli minuman keras naik apa? Ketika menuju TKP mereka naik apa?

Ketika mereka berkeliaran semacam itu apa gurunya tak tau? Kalo toh guru melihat hal itu,  apa daya. Masa guru harus nangkap anak-anak di jalanan, bisa-bisa si guru yang dikasuskan.

Sampai saat ini tak ada yang menyadari bahaya underage driving. Mungkin kita harus nunggu sampe kiamat buat pemerintah nyediain bus sekolah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun