Sebenarnya ragu buat nulis tentang topik ini. Soalnya sangat sensitif. Ni buat judul juga asal, gak tau nanti nyambung dengan isinya apa tidak. Terprovokasi baca artikel-artikel yang ada jadinya pengen ikut nulis. Karena ini tulisan iseng jadi ya semoga saja tak ada yang menanggapinya dengan serius.
Tentang bahaya komunis sudah jelas. Bisa dilihat dari sejarah negri ini. Waktu sekolah dulu kita diwajibkan nonton film G 30 S PKI. Duh serem deh. Kita-kita jadinya ya dapat gambaran tentang komunis sebegitu menyeramkannya. Kalo ada yang mempermasalahkan tentang sejarah itu, saya tidak tahu sama sekali mana cerita yang benar dan mana cerita yang salah.
Kalo komunis itu sebegitu menyeramkan dan berbahayanya berarti memang harus dijauhi. Tak boleh sedikitpun ada unsur komunis di negri ini supaya sejarah itu tidak terulang kembali. Kabarnya sudah dibasmi sampe ke akar-akarnya.
Maka ketika belakangan ini muncul gambar palu arit di T-shirt, langsung deh meledak kehebohan itu. Pemerintah pun dengan sigap membasminya sebelum berkembang.
Yang membuat saya bertanya-tanya adalah kalo komunis itu bahaya dan harus dijauhi, tetapi mengapa pemerintah malah mendekati negara komunis? Sekilas dari yang pernah saya baca, pemerintah sekarang bekerjasama dengan negara RRC, komunis kan?, antara lain untuk membangun kereta api super cepat, dan kerjasama lainnya. Trus baru-baru ini pemerintah kerjasama dengan Rusia, mantan negara komunis, katanya mau bangun kereta api Kalimantan dan pembangkit tenaga listrik.
Kalo memang benar memang ada kerjasama seperti itu lha apa tidak berbahaya? Kan nanti banyak orang komunis yang datang ke sisni, gak cuma gambar palu arit. Orang kan lebih berbahaya daripada gambar. Kalo orang-orang itu mempengaruhi penduduk negri ini gimana?Â
Kenapa kok tidak kerjasama dengan negara yang agamis saja? Dulu ketika almarhum Gus Dur cuma mau buka hubungan diplomatik dengan Israel langsung diturunkan. Apa negara komunis tidak lebih berbahaya daripada Israel? Kenapa sekarang tak ada yang protes?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H