The Poppy War adalah novel karya R. F. Kuang yang telah diterjemahkan oleh Gramedia Pustaka Utama menjadi Perang Opium. Novel ini menceritakan tentang RIn, seorang anak yatim piatu korban perang yang ingin terbebas dari hidup sengsara. Ia bertekat untuk belajar demi menembus akademi terbaik di seluruh negeri, Sinegard. Rin berhasil masuk dan terungkaplah bahwa Rin bisa memanggil dan menyalurkan kekuatan dari Dewa Phoenix. Rin belajar bahwa walaupun kekuatan yang dimilikinya besar, tapi kekuatan itu juga berbahaya jika ia tak bisa mengontrol kekuatan itu. Jika ia tak bisa mengontrol kekuatan itu, dia bisa-bisa membakar satu dunia. Tetapi, dengan kekuatan itu, dia bisa memenangkan peperangan.
Perkembangan karakter Rin sangat penting dalam cerita di novel ini, sehubung dengan Rin yang adalah karakter utama dari novel ini. Dia yangawalnya hidup sangat sengsara akhirnya mencapai kemakmuran dengan masuk ke Sinegard. Kehidupan di Sinegard sangat menyenangkan untuk dibaca walaupun tidak sesuai dengan bayangan Rin. Tetapi, membaca keseharian Rin yang berkompetisi dengan para bangsawan. Rin bukanlah keturunan dari darah bangsawan dan pengalamannya berlatih tempur sangat sedikit jika dibandingkan dengan teman satu angkatannya di Sinegard. Kebanyakan dari mereka adalah bangsawan yang sering berlatih baik dari segi militer maupun pengetahuannya sudah jauh dibandingkan dengan Rin. Sangat terharu dan membakar semangat saat membaca Rin yang berusaha untuk menandingi para teman satu angkatannya untuk menjadi yang terbaik di Sinegard.Â
Saat bersekolah di Sinegard, Rin memiliki satu rival yang cukup membakar emosi,Nezha. Dia selalu menunjukkan ketidaksukaannnya setiap kali melihat Rin. Nezha adalah anak dari Panglima Perang Naga. Di hari pertama mereka bertemu, Rin berhasil mengalahkan dan mempermalukan Nezha. Hal itu menyulut perseteruan mereka berdua. Puncaknya yang sangat membakar emosi pembaca adalah saat Rin dikeluarkan dan tidak diperbolehkan belajar lagi di kelas bela diri Jang. Hal ini dikarenakan Rin mengalahkan Nezha secara brutal tanpa memedulikan aturan yang telah ditetapkan oleh Jang. Ada yang sangat mengganjal dari Nezha. Diamenghilang di pertengahan cerita, dan itu kemungkinan besar akan dibahas di buku kedua dari seri ini, The Dragon Republic.
Selain menemukan rival, Rin juga menemukan sahabatnya di Sinegard. Orang itu adalah Kitay. Kitay juga adalah seorang bangsawan, sama seperti lainnya. Dia bahkan sudah akrab dengan Nezha sejak sebelum masuk Sinegard. Tetapi, Kitay tidak ikut memusuhi Rin. Kitay menjadi pendukung Rin saat ia sedang jenuh bersekolah di Sinegard. Pandangan Kitay terhadap dunia tidak dikotak-kotakkan antara bangsawan dan bukan. Bisa dibilang keberadaan Kitay sangat mempermudah hidup Rin saat bersekolah di Sinegard.Â
Selain Kitay yang memudahkan kehidupan Rin di Sinegard, ada juga Master di Sinegard yang membuat Rin memahami potensinya dan membantunya berkembang. Master itu adalah Jiang Ziya, guru pengajar Adab dan Pengetahuan. Jiang adalah karakter yang eksentrik. Dia tidak pernah datang ke jadwal kelasnya. Hingga akhirnya semua murid seangkatan Rin memutuskan untuk tidka menghadiri kelas itu. Tapi Rin tetap datang ke tempat kelas itu karena tempat itu tenang dan cocok untuk digunakan Rin berlatih bela diri karena dia sudah tidak bisa mnegikuti kelas Master Jang lagi. Jiang memahami potensi terbesar Rin dan mengajarkannya cara melatih hal itu agar tidak menjadi bumerang bagi Rin. Jiang mengajarkan bagaimana dia harus mengontrol dirinya dan tidak boleh jatuh ke kuasa Dewa Phoenix karena itu akan membahayakan seluruh dunia. Walaupun pada akhirnya Rin merasa Jiang tidak terlalu membantu karena Jiang melarang Rin menggunakan kekuatan Phoenix di peperangan.
Ada juga karakter yang menjadi kunci di novel ini, Altan. Ternyata, Altan memiliki kemampuan yang sama dengan Rin. Altan bisa menggunakan kekuatan Phoenix dalam pertarungan. Walaupun mereka hanya berbeda satu angkatan, tetapi perbedaan mereka sangat jauh. Altan sudah sangat menguasai kekuatan Phoenix. Sehingga, dia bisa mengontrol seberapa banyak kekuatan yang harus dikeluarkannya dan tidak membahayakan semua yang ada di sekitarnya. Altan akan menjadi komandan perang Rin saat peperangan terjadi. Mereka berdua memiliki masa kecil yang berbeda jadi mereka sering berbeda pendapat. Altan jenuh karena Rin tidak bisa segera menguasai keuatannya, sedangkan keadaan sudah genting dan kekuatan itu sangat diperlukan. Sedangkan Rin jenuh karena Altan bersikap kasar dan apa yang diperbuat Altan terlihat semaunya sendiri.
Novel ini diceritakan dari sudut panang orang ketiga. Tetapi, cerita dalam novel ini sangat berfokus pada Rin. Sehingga, pembaca bisa sangat mengetahui apa yang dirasakan oleh Rin. Dengan sudut pandang orang ketiga, pembaca juga jadi bisa mengetahui segala sesuatu yang tidak diketahui Rin. Dan itu akan membuat pembaca gemas saat rin mengambil keputusan yang kurang tepat karena tidak mengetahui konsekuensinya. Dengan sudut pandang orang ketiga ini, pembaca juga tidak akan bingung saat ada perpindahan masa atau cerita kilas balik. Perubahannya sangat mulus dan sangat bisa dinikmati. Tidak terasa diputus di tengah-tengah.Â
Novel ini mencakup banyak sekali tema. Mulai dari kesenjangan sosial, persahabatan, strategi perang, pengkhianatan, dan juga pengorbanan. Ada juga tema-tema yang cukup serius dibahas di buku ini. Tema-tema tersebut adalah penggunaan obat terlarang, peperangan, genosida, penyiksaan, pemerkosaan, dan self-harm. Novel ini bernuansa cukup gelap. Dari awal sampai akhir, nuansa yang dibangun cukup membuat frutsasi dan sangat miris. dalam novel ini, satu suku dibantai habis dan dijadikan "tumbal" untuk kemenangan perang. Setelah lama damai, akhirnya peperangan pecah lagi. Dan cara kerajaan ini untuk menang juga aadalah menumpas habis satu negara. Hal itu sangat miris untuk dibaca. Dalam peperangan itu juga ada perempuan-perempuan yang disekpa dan dijadikan budak nafsu oleh musuh. Penyiksaan dalam novel ini juga digambarkan dengan cukup detail sehingga mungkin akan menggangguuntuk sebagian pembaca. Novel ini sangat bagus tetapi isi di dalamnya sangat gelap. Sisi manusia yang ada di sini tidak ada yang bisa disukai.
Plot dibangun dengan sangat baik. Semua kejadian diceritakan dengan runut dari awal sampai akhir. Saat diperlukan kilas balik, hal itu dilakukan dengan sangat mulus dan tidak terkesan memutus cerita di tengah-tengah. Chemistry para karakter juga dibangun dengan sangat baik. Sehingga jika hal buruk terjadi pada mereka atau salah satu dari mereka tidka berhasil selamat, kesedihannya sangat bisa dirasakan. Konflik yang ada di  novel ini juga diselesaikan dengan cara yang sangat mengejutkan dan membuat pembaca bkmbang. Hal ini karena pembaca tahu, para pasukan sudah menang. Tetapi, kemenangan itu dilakukan dengan cara yang sangat kjam dan membuat miris. Sehingga pembaca jadi bingung apakah mereka harus senang dengan hal ini atau tidak. Ditambah dengan semua karakter yang meninggal dan penyiksaan yang dilakukan, kemenangan di akhir cerita tidak terasa menyenangkan, tetapi terasa melelahkan. Untuk mendapatkan kemenangan itu, banyak sekali nyawa yang terbuang sia-sia dan banyak warga yang disiksa hidup-hidup selama peperangan terjadi.
Cerita novel ini berlatar di sebuah dunia fiksi di kerajaan bernama Nikan. Sedangkan, konflik yang terjadi di dalam novel ini terinspirasi dari sejarah nyata. Konfliknya terinspirasi dari Perang Sino-Jepang ke-2.  Perang ini termasuk dalam erang Perang Dunia ke-2. Oleh karena itu, dengan adanya latar  belakang sejarah dan banyaknya tema kelam yang dibahas dalam novel ini, lebih baik untuk membaca semua trigger dan content warning yang ada di novel ini sebelum membacanya.