Mohon tunggu...
Satrio Ernesto Utomo
Satrio Ernesto Utomo Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa SMP, Junior Programmer, Fotografer

Siswa SMP yang melihat pendidikan dalam sudut pandang yang berbeda

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Masihkah Siswa Generasi Emas Buang Sampah Sembarangan? Perlu Tindak Lanjut?

23 November 2024   15:51 Diperbarui: 23 November 2024   16:13 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita adalah makhluk konsumtif. Sebagai manusia, kita mengonsumsi berbagai produk dan jasa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ketika manfaat dari produk tersebut telah habis, yang tersisa adalah sesuatu yang disebut sampah. Sampah merupakan sisa dari sesuatu yang tidak berguna lagi. Kehadirannya sering dianggap merepotkan karena sifatnya yang merusak estetika lingkungan dan dapat mencemari lingkungan jika tidak dikelola dengan baik.

Oleh sebab itu, sampah biasanya dibuang agar tidak menumpuk di sekitar kita. Proses ini seharusnya sederhana: kumpulkan sampah di tempat khusus, lalu buang di tong sampah agar nantinya bisa diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Namun, meskipun kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya telah diajarkan sejak dini melalui pendidikan formal maupun nonformal, kenyataannya kebiasaan buruk membuang sampah sembarangan masih sering kita jumpai.

Fenomena di Sekolah

Di lingkungan sekolah, perilaku membuang sampah sembarangan adalah hal yang masih sering terlihat. Sampah plastik, kertas pembungkus makanan, sedotan, hingga botol minuman sering ditemukan berserakan di tempat yang tidak semestinya. Beberapa siswa meninggalkan sampah di bangku taman, area kantin, atau membuangnya ke taman dan selokan. Yang lebih memprihatinkan, ada siswa yang membuang sampah ke dalam wastafel. Akibatnya, wastafel menjadi mampet, mengganggu kebersihan, dan mengurangi kenyamanan bagi siswa lainnya.

Kesadaran siswa untuk membuang sampah pada tempatnya, sayangnya, masih rendah. Tidak perlu survei resmi atau penelitian mendalam untuk menyimpulkan hal ini. Fakta tersebut dapat dilihat dengan jelas setiap harinya di lingkungan sekolah. Bahkan teman-teman dekat saya pun tidak luput dari kebiasaan ini. Meski begitu, saya tetap berusaha untuk mengingatkan mereka agar membuang sampah pada tempatnya.

Namun, alasan yang sering mereka lontarkan kerap kali membuat saya heran. Salah satu yang paling sering saya dengar adalah "tong sampahnya jauh." Padahal, jaraknya mungkin hanya sepuluh langkah dari tempat mereka duduk. Ironisnya, jarak seratus langkah menuju kantin dianggap tidak masalah, tetapi berjalan sepuluh langkah untuk membuang sampah dianggap terlalu jauh.

Lebih mengejutkan lagi, ada alasan yang jauh lebih tidak masuk akal: "Biar staf kebersihan punya kerjaan." Kalimat ini, meskipun sering diucapkan dengan nada bercanda, mencerminkan pola pikir yang sangat bermasalah. Seolah-olah mereka sengaja menciptakan pekerjaan tambahan untuk staf kebersihan dengan membuang sampah sembarangan. Pola pikir ini menunjukkan rendahnya empati serta rasa tanggung jawab terhadap kebersihan lingkungan bersama.

Mengapa Penting untuk Membiasakan Diri?

Membuang sampah pada tempatnya adalah langkah kecil yang memiliki dampak besar. Kebiasaan ini bukan hanya tentang estetika, tetapi juga mencerminkan tanggung jawab kita terhadap lingkungan dan orang lain. Sampah yang berserakan di tempat umum tidak hanya merusak pemandangan, tetapi juga memiliki dampak yang lebih serius, seperti mencemari air, tanah, dan udara.

Di lingkungan sekolah, dampak sampah yang dibuang sembarangan bisa dirasakan langsung. Sampah yang menumpuk di selokan dapat menyebabkan aliran air tersumbat, sehingga meningkatkan risiko banjir saat hujan. Sampah organik yang membusuk juga bisa menjadi tempat berkembangnya lalat dan serangga, yang berpotensi membawa penyakit. Selain itu, fasilitas seperti wastafel yang mampet akibat sampah akan mengurangi kenyamanan siswa lainnya.

Lebih jauh lagi, kebiasaan buruk seperti ini akan terbawa hingga dewasa. Jika sejak dini siswa tidak dibiasakan untuk membuang sampah pada tempatnya, mereka akan membawa perilaku ini ke tempat kerja, rumah, dan masyarakat luas. Padahal, generasi ini sering disebut sebagai generasi emas---generasi yang diharapkan menjadi pelopor perubahan untuk dunia yang lebih baik. Namun, bagaimana mungkin mereka bisa memimpin perubahan besar jika masalah kecil seperti membuang sampah pun tidak dapat diselesaikan?

Peran Sekolah

Sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk kebiasaan positif siswa, termasuk kebiasaan membuang sampah pada tempatnya. Pendidikan lingkungan hidup perlu dimasukkan ke dalam kurikulum dan diajarkan secara lebih intensif. Selain itu, sekolah juga harus memberikan fasilitas yang memadai. Tong sampah perlu disediakan di tempat-tempat strategis seperti kantin, taman, dan lorong-lorong kelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun