Mohon tunggu...
Juson Simbolon
Juson Simbolon Mohon Tunggu... Dosen - Pekerja

_Kata adalah senjata, foto adalah nada_ Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (kebajikkan dan kejahatan) - QS. Al-Balad Ayat 10 Tinggi hati mendahului kehancuran, tetapi kerendahan hati mendahului kehormatan - Amsal 18 ayat 12

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dialektika Gerakan Relawan Kang Dedi Mulyadi

3 Oktober 2024   14:41 Diperbarui: 3 Oktober 2024   16:19 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Konsolidasi FKDM Chapter Karawang

Gerakan civil dan demokratisasi memang tidak mudah dibangun dan dibentuk. Dibutuhkan kesadaran politik dan pendidikan kewarganegaraan (civic education) dengan teori dan praktek yang berkesinambungan. Selain pendidikan, momentum dalam mengukur tingkat kesadaran politik dan kewarganegaraan juga menjadi keharusan.

Dalam era keterbukaan dan sistem politik Indonesia saat ini, momentum untuk mengukur dan memperkuat gerakan sipil sebenarnya sangat terbuka. Salah satu misalnya, sistem Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung adalah media yang sangat memungkinkan berkembangnya gerakan sipil yang lahir dari bawah.

Demokrasi dan keterbukaan informasi dalam pemilihan Presiden -- Wakil Presiden, mengharuskan setiap individu membangun kekuatan dan persatuan guna mendukung calon Presiden yang dinilai membawa harapan Indonesia kedepan. Sebagai langkah konkrit, persatuan tersebut acap kali termanifestasi menjadi kelompok relawan.

Jika kita berbicara relawan, tentu saja spiritnya adalah kemandirian dalam tindakan. Kemandirian dalam berpikir dan meyakini apa yang harus dilakukan adalah bersumber dari kesadaran penuh masing-masing individu. Oleh sebab itu, organ relawan selalu dibangun atas dasar keterbukaan dan bersifat partisipatif dari masing-masing individu. Atas dasar satu persamaan dan pandangan tentang figur yang akan didukung atau diperjuangkan.

Mengingat kelompok relawan merupakan kehadiran person by person secara terbuka. Maka memperkuat organisasi relawan dibutuhkan waktu yang cukup panjang guna menyeleksi konsistensi setiap person. Menjadi relawan bukanlah pekerjaan mudah. Menjadi relawan dibutuhkan niat tulus, pengorbanan dan juga keikhlasan sebagai pondasi kekuatan.

Dok. Konsolidasi Mahasiswa Ratau Sunda
Dok. Konsolidasi Mahasiswa Ratau Sunda
Semua proses pembentukan organ relawan yang kuat, mau tidak mau setiap prosesnya akan terjadi secara dialektis. Proses dialektika inilah yang akan menguji setiap orang apa motivasi dan niatnya bergabung dengan kelompok relawan.

Untuk menguji setiap orang dalam kelompok relawan, tentu saja dibutuhkan berbagai pendekatan secara organisatoris, guna menghasilkan indikator-indikator terukur dari masing-masing individu. Dari setiap pendekatan tersebut akan melahirkan proses dialektika dalam organ relawan itu sendiri. Hasil yang diharapkan adalah penilaian objektif atas masing-masing person yang akan bergabung dalam penguatan organ relawan kedepan.

Sebagai contoh sederhana.

Pertama; Mengapa kami mewajibkan seluruh peserta harus mendaftar by google form. Alasannya sederhana. Tim menginginkan setiap orang atau nama yang terdaftar ikut serta dalam mengikuti tahapan pembangunan kekuatan relawan ke depan, atas dasar kesadarannya sendiri. Bukan karena namanya dimasukkan oleh orang lain. Dengan begitu database kita ke depan "one man one document"

Memang ada resistensi atas penggunaan teknologi digital ini dari beberapa pihak. Kami sangat memaklumi hal tersebut. Tetapi menuduh sistem ini mempersulit untuk berpartisipasi dalam Forum Relawan Kang Dedi Mulyadi adalah keliru secara historis. Sebab teknologi datang sejak masa prasejarah, yakni Zaman Batu (megalitikum), Zaman Logam (Perundagian), Revolusi Industri hingga zaman teknologi informasi saat ini. Kehadiran teknologi dalam setiap fase sejarah adalah untuk mengefektifkan dan mempermudah kerja-kerja manusia. Maka, jika persoalannya kita tidak bisa melakukan "one man one document" karena orangnya belum ada (fiktif) atau karena tidak adaptif dengan teknologi informasi dengan sendirinya akan diuji oleh sistem ini.

Kedua; Mengapa kami mewajibkan setiap peserta Mubes harus berkontribusi Rp. 50.000/peserta untuk makan dan minum mereka selama acara? Tentu saja tujuan utamanya adalah untuk melakukan screening dan menempatkan teori dialektika agar berjalan dengan baik. Dengan adanya dialektika (pro dan kontra) maka akan melahirkan hiphotesa baru untuk membangaun relawan militan KDM kedepan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun