Mohon tunggu...
Juson Simbolon
Juson Simbolon Mohon Tunggu... Dosen - Pekerja

_Kata adalah senjata, foto adalah nada_ Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (kebajikkan dan kejahatan) - QS. Al-Balad Ayat 10 Tinggi hati mendahului kehancuran, tetapi kerendahan hati mendahului kehormatan - Amsal 18 ayat 12

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kembali ke Diri - Pendekatan Historis Identifikasi Politik Jawa Barat

3 Oktober 2024   10:27 Diperbarui: 3 Oktober 2024   10:31 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul tulisan ini sengaja saya pilih sebagai keyword untuk membawa pembaca pada penilaian atas diri sendiri. Tujuan utamanya agar kita lepas dari pikiran-pikiran sempit berkaitan dengan situasi politik.

Kalimat “Kembali Ke Diri” dalam pengertian mencoba memahami diri kita sendiri dari aspek penafsiran, penghayatan dari hati secara mandiri. Tidak terhasut oleh narasi politik yang membuat kita kadang kehilangan jati diri. Tersulut emosi, sehingga menjudge siapapun dengan pandangan emosional tanpa memiliki aspek-aspek penting dalam melihat dan menilai setiap fenomena. Termasuk fenomena narasi Sunda dalam kerangka politik dan perdebatan publik.

Dua minggu terakhir saya tergelitik dengan fenomena politik dengan perdebatan narasi Sunda. Membuat beberapa pihak saling mendelegitimasi sesama warga Sunda itu sendiri di media sosial. Terutama kepada Tokoh Sunda Kang Dedi Mulyadi. Dengan situasi itu, saya berusaha membuat video di akun sosial media tiktok mencoba membawa netizen pada konteks yang lebih esensi.

Secara subjektif menurut saya, serangan kepada Kang Dedi Mulyadi sebagai Tokoh Sunda terbagi dalam dua kategori. Pertama; Kelompok terorganisir, yang secara politik memiliki agenda untuk melucuti trust dan pengaruh Kang Dedi Mulyadi sebagai tokoh publik yang berusaha secara konsisten mempertahankan, dan membangun kembali Spirit Sunda di Jawa Barat dengan penuh pengorbanan. Kedua; Kelompok sporadis dan latah politik, yang terhasut atas upaya kelompok pertama untuk membawa alam bawah sadar netizen untuk melupakan jati dirinya sebagai warga Sunda.

Untuk itu dalam tulisan ini, mencoba menerangkan Sunda itu sebenarnya apa? Dari berbagai literatur secara Etimologi Sunda menurut Rouffaer (1905: 16) menyatakan bahwa kata Sunda berasal dari akar kata "sund" atau kata "suddha" dalam bahasa Sanskerta yang mempunyai pengertian bersinar, terang, berkilau, atau putih (Williams, 1872: 1128, Eringa, 1949: 289).

Dok. Milangkala Ke 2 FKDM/dok. pri
Dok. Milangkala Ke 2 FKDM/dok. pri

Dalam bahasa Kawi dan bahasa Bali pun terdapat kata Sunda, dengan pengertian: bersih, suci, murni, tak tercela/bernoda, air, tumpukan, pangkat, atau waspada (Anandakusuma, 1986: 185-186; Mardi Warsito, 1990: 569-570; Winter, 1928: 219).

Orang Sunda meyakini bahwa memiliki etos atau karakter Kasundaan, sebagai jalan menuju keutamaan hidup. Karakter orang Sunda yang dimaksud adalah cageur (sehat), bageur (baik), bener (benar), singer (mawas diri), wanter (berani), dan pintar (cerdas). Karakter ini telah dijalankan oleh masyarakat Sunda sejak zaman Kerajaan Salakanagara, Tarumanagara, Sunda-Galuh, Pajajaran hingga sekarang. -Wikipedia-

Di luar pengertian etimologis. Sunda memiliki etika dan pandangan hidup yang sangat lengkap. Jika kita kembali ke diri, dalam pengertian mencoba memahami kembali seluruh unsur dalam pengaturan kehidupan Sunda itu sendiri, baik secara historis maupun kebudayaan. Dari beberapa literatur kita akan menemukan beberapa pandangan hidup Sunda yang masih memiliki relevansi dalam kehidupan sehari-hari.

Selain Agama, peradaban orang Sunda juga mempunyai pandangan hidup yang diwariskan oleh nenek moyangnya dan tidak bertentangan dengan Agama. Pandangan hidup orang Sunda yang diwariskan dari nenek moyangnya dapat diamati pada ungkapan tradisional sebagai berikut:

"Hana nguni hana mangké, tan hana nguni tan hana mangké, aya ma beuheula aya tu ayeuna, hanteu ma beuheula hanteu tu ayeuna. Hana tunggak hana watang, tan hana tunggak tan hana watang. Hana ma tunggulna aya tu catangna." (Sanghyang Siksa Kandang Karesian)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun