"Ada beban yang melebihi kemampuan hamba" iya saya tidak typo dalam menulis judul tersebut dan kalian tidak mengalami kesalahan dalam membacanya. Mungkin hal ini memang terdengar kontra dengan ayat yang selama ini kita dengar bahwa Tuhan tidak memberi beban melebihi kemampuan hambanya. Ayat "La Yukaliffullahu Nafsan Illa Wus'aha" pada Al-Baqarah 286 tersebut seringkali disalah artikan oleh para motivator dalam memberikan semangat dan harapan kosong bahwa "Tuhan tidak akan memberi beban melainkan kita pasti mampu melewatinya, karena beban yang diberikan Tuhan tidak akan melebihi kemampuan hambanya".
Padahal bukanlah demikian. Ayat tersebut lengkapnya berbunyi;
"Allah tidak membebani seseorang, kecuali menurut kesanggupannya. Baginya ada sesuatu (pahala) dari (kebajikan) yang diusahakannya dan terhadapnya ada (pula) sesuatu (siksa) atas (kejahatan) yang diperbuatnya.
(Mereka berdoa,) "Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami salah. Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami. Maka, tolonglah kami dalam menghadapi kaum kafir."
 Dari ayat tersebut terdapat isyarat bahwa beban yang sesuai kesanggupan ialah beban taklif. Di ayat yang sama terdapat bunyi "Wa la tuhammilna" yang menunjukkan beban yang berat atau beban tahmil. Hal ini menunjukkan terdapat 2 jenis beban yang diberikan Allah kepada hambanya pada ayat tersebut.
 Pertama, beban taklif dikenal juga dengan istilah beban syariat atau sederhananya beban aturan. Beban yang dimaksud disini berupa perintah ibadah, seperti beban untuk melaksanakan solat wajib 5 waktu, berpuasa, zakat, haji, dan lainnya.Â
Maka teruntuk beban taklif inilah yang dijanjikan oleh Allah tidak akan melebihi kemampuan hambanya. Jadi, tidak ada alasan bagi seorang hamba untuk tidak melaksanakan perintah ibadah tersebut. Mereka yang telah diberi kewajiban beban taklif sering kita kenal dengan istilah mukallaf. Pada ayat tersebut jelas, bahwa beban taklif mengandung konsep dosa dan pahala. Akan mendapat pahala atau kebajikan bagi mereka yang menunaikannya dan akan mendapat balasan siksa atau dosa bagi mereka yang melalaikannya.
 Kedua, beban tahmil atau beban musibah. Beban ini dapat beruba beban yang ringan (musibah ringan) dan bisa juga merupakan beban yang teramat berat (musibah besar). Tak jarang musibah berat ini yang membuat seseorang menjadi stress, depresi, gila, bahkan hingga bunuh diri. Allah jelas memang memberikan semua jenis musibah itu kepada manusia, ada yang dalam batas kekuatannya dan ada yang tidak.
 Oleh karena itu, di dalam surah dan ayat yang sama diajarkan doa supaya tidak diberi beban yang teramat berat;
"Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya".
Perhatikan redaksi doa tersebut. Doa tersebut dengan jelas menyatakan untuk dihindarkan dari beban musibah yang berada di luar kemampuan. Hal ini mengindikasikan bahwa beban yang berada di luar kemampuan itu memang nyata adanya dan benar terjadi. Jadi, jangan pernah lagi bilang bahwa Allah tidak akan memberi ujian atau musibah yang tidak sanggup dipikul. Karena nyatanya memang ada musibah yang tak ada kata lain selain cukup menyerah.