Untuk waktu yang sangat lama sehingga penulis tak mampu menyebutkan berapa lama pastinya, Manchester United adalah Klub terbaik Manchester. Jangankan untuk Manchester, Klub asuhan Sir Alex Ferguson adalah klub terbaik inggris raya bertahun-tahun lamanya, Klub tetangga bersembunyi dibalik gelimang prestasi Setan Merah. Kecuali laga derby, Tim biru Langit tak pernah benar-benar mencuri perhatian dunia. Setidaknya hingga Sergio Kun Aguero datang, dan seorang diri memberikan mereka gelar Liga.
Hari itu, Etihad Stadium gusar. Waktu Normal telah lewat,tangan para suporter mulai berkeringat membayangkan esok hari yang muram. Dua menit waktu tambahan tersisa, kedudukan saat ini Manchester City 2, QPR 2. Di sisi lain kota, United berhasil memenangkan pertandingan dengan skor 1-0. Bila armada Mancini tak juga menambah gol, maka gelar Liga Primer akan kembali diraih Manchester United. Lagi-lagi Manchester United.
Bola berada di tengah lapangan. Tepatnya, di kaki Sergio Aguero yang menghadapi setumpuk pemain QPR di depannya. Tak ada tanda bahaya. Serangan ini seperti upaya lain yang akan berakhir dengan bola dihalau jauh ke depan oleh pemain lawan. Sergio kemudian berbalik badan, memberikan bola ke depan, Mario Balotelli menerimanya dalam keadaan tidak seimbang, praktis memancing desah lelah dari tribun. Di detik terakhir sebelum ia terjatuh, Mario melepaskan sebuah umpan mendatar pelan di depan kotak penalti. Umpan lemah yang kurang bobot itu kemudian di terima Aguero, yang tiba-tiba merangsek masuk dan melewati dua pemain QPR. Sebuah tendangan keras ke arah tiang dekat mengantarkan si kulit bundar bersarang di jaring gawang. Wajah-wajah gusar, dengan tangis yang sudah diujung mata itu berubah jadi perayaan gila. Dalam hitungan detik saja, Sergio Aguero merubah air mata pilu jadi air mata bahagia.
Momen itu merubah Manchester City selamanya. Momen itu adalah buah keberhasilan yang telah dinantikan Sheikh Mansour sejak mengambil alih klub pada tahun 2008. Sejak saat itu, Aguero menjadi figur penting keberhasilan-keberhasilan lain Manchester City. Kini, ia jadi Pencetak gol terbanyak sepanjang sejarah klub berdiri. Di Akhir Musim nanti, Pria Argentina memutuskan untuk pergi, mengakhiri hari-hari gemilangnya dengan seragam biru langit, mengakhiri sebuah era penuh ekstasi.
"saat ini, saya senang untuk mengumumkan pada anda semua bahwa kami akan membangun patung untuk Sergio disisi dua patung lain yang saat ini sedang dibangun untuk Vincent Kompany dan David Silva. Dan kami menunggu untuk memberikan Sergio pesta perpisahan yang layak di akhir musim nanti " begitu pernyataan Chairman klub, Khaldoon Al Mubarak.Â
Kini, City punya peluang besar untuk memenangkan Liga Inggris, Liga Champions, Piala Liga, dan Piala FA. Pria Argentina bernomor punggung 10 mungkin sudah tidak punya peran sebesar dahulu, tapi apa yang ia lakukan telah lebih dari cukup. Tanpa golnya di menit 94 itu, tidak akan ada Pep Guardiola, tidak akan ada Kevin De Bruyne, atau Raheem Sterling. 13 Trofi yang diraih klub dalam sepuluh tahun terakhir adalah angan-angan kosong tanpa kehadirannya.Â
Gol menit 94 ke jala Qpr pada tahun 2012 di Etihad Stadium itu adalah momen paling ikonik Liga Primer Inggris di era modern. Gol itu menumbangkan hegemoni Manchester United. Berkat Sergio Aguero, Manchester kini berwarna biru
Tchau Sergio, Obrigado!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H