Mohon tunggu...
Satrio Adjie Wibowo
Satrio Adjie Wibowo Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Politik FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Menulis itu menenangkan pikiran dan nurani yang nyeri

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Gen Z Anti Golput

12 Februari 2024   19:06 Diperbarui: 12 Februari 2024   19:09 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi Penulis

Dalam hitungan waktu kurang dari dua hari rakyat Indonesia akan melaksanakan Pemilu 2024 dengan memilih Presiden dan Wakil Presiden beserta para Anggota Legislatif baik tingkat Pusat maupun daerah secara serentak. Momentum ini sering disebut "Pesta Demokrasi" karena partisipasi rakyat terlihat langsung dan dapat diukur untuk menentukan siapa-siapa saja yang cocok menduduki jabatan publik di sistem pemerintahan kita. Salah satu unsur menarik dalam Pemilu 2024 adalah besarnya jumlah pemilih pemula yang berdasarkan data KPU sejumlah 52% Mereka ini adalah generasi Gen-Z kelahiran tahun 2002-2007 yang baru pertama kali memiliki kesempatan menggunakan hak pilihnya di pemilu. Tentu realitas ini perlu dicermati secara seksama agar proses edukasi politik dapat tersambung secara konsisten dari berbagai generasi supaya bangsa Indonesia semakin matang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Para pemuda-pemudi Gen-Z ini adalah spesies unik dalam kajian psikologis sosial menurut para ahli. Mereka adalah golongan yang memiliki kemampuan berpikir kritis berkat limpahan informasi dan akses mudah terhadap teknologi yang semakin canggih dan modern. Keunggulan tersebut membentuk kepribadian khas Gen-Z yakni sifat skeptisme yang bercokol dalam memori kognitif mereka termasuk ketika membahas aspek politik dalam diskusi. Sepanjang pengamatan penulis bergaul dengan banyak teman-teman sebaya Gen-Z terlihat jelas mereka berhasil menggunakan metode dialektika dengan pembuktian logika serta validasi bukti empiris. Tapi sayangnya kecenderungan tersebut juga membuahkan suatu sikap apatis yang dikenal dengan istilah "Golput".

Banyak anak muda Gen-Z berpikir bahwa proses pemilu dan kandidasi pemimpin siapa pun orangnya tidak akan mempengaruhi kehidupan setidaknya bagi diri mereka pribadi. Persepsi ini masih menghiasi benak mayoritas Gen-Z sehingga preferensi mereka memilih menjadi absen alias Golput karena sejumlah asumsi pribadinya. Penting dicatat bahwa Pemilu adalah peristiwa titik balik politik krusial. Seberapapun kecilnya makna yang kita sematkan pada aktivitas tetap saja ia terpantul dalam agregat kolektif sampai menghasilan sebuah keputusan definitif mengenai suksesor pemerintahan sekarang. Hanya lewat pemilu, sirkulasi elit terlaksana dalam kerangka kerja yang adil karena turut menghadirkan rakyat dalam proses pergantian kekuasaan tersebut.

Penulis menaruh harapan besar bagi seluruh rekan-rekan Gen-Z untuk jangan sampai Golput dalam Pemilu 2024. Pelajari seluruh rekan jejak aktor politik yang kelak akan kalian pilih. Rajinlah bertanya kepada mereka yang jauh lebih mengenali prosedur politik rutinan lima tahun ini. Bersikaplah lebih bijak dalam menentukan arah masa depan bangsa Indonesia. Niscaya dengan konsistensi kita mengawal pembelajaran politik yang berharga ini, Indonesia masih akan tegak berdiri sampai seribu tahun mendatang!.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun