Mohon tunggu...
satria winarah
satria winarah Mohon Tunggu... Programmer - yang mengenal dirinya yang mengenal Tuhannya

Seorang programmer yang membagi hatinya dengan sastra, sejarah, dan militer

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Babad Sunda: Tarusbawa (669-723 M)

19 Mei 2021   08:00 Diperbarui: 19 Mei 2021   08:10 4867
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Sejak sekarang, kami yang berada di wilayah sebelah timur Citarum tidak lagi tunduk di bawah kekuasaan Tarumanagara. Jadi tidak lagi mengakui Tuan (Pakanira) sebagai ratu. Tetapi hubungan persahabatan diantara kita tidak terputus, bahkan mudah-mudahan menjadi akrab," tulis surat Wretikandayun tercantum dalam Pustaka Nusantara III/1.

Setelah menjadi Raja yang sah, Tarusbawa memindahkan ibukota ke kota Pakuan (Bogor) dan beliau terus memerintah dari kota itu.

Di Pakuan Tarusbawa mendirikan sebuah istana yang disebut Sri Kadatwan Bima Punta Narayana Madura Suradipati atau yang dikenal juga dengan sebutan Panca Parsada. Setelah istana tersebut berdiri, Maharesi Bujangga Sedamanah pun memberkati istana tersebut.

Sebagaimana yang disebutkan di awal, permaisuri Tarusbawa ialah putri Linggawarman, yang bernama Manasih. Dan sampai disini, ada hal yang menarik.

Manasih memiliki adik yang bernama Sobakancana. Sobakancana menikah dengan Dapunta Hyang Sri Jayanasa, yang mendirikan Kerajaan Sriwijaya. Hal ini menunjukkan bahwa baik Kerajaan Sunda dan Kerajaan Sriwijaya, masing-masing rajanya adalah menantu Linggawarman dari Tarumanegara. Ini adalah sebuah pijakan yang kelak mempersaudarakan Sriwijaya dan Sunda.

Persaudaraan antara Sriwijaya dan Sunda termaktub dalam sebuah prasasti yang ditulis menggunakan bahasa Sunda dan Melayu. Jalinan persahabatan dan persaudaraan ini kemudian disebut dengan istilah Mitra Pasamayan. Inti dari prasasti itu adalah agar Sriwijaya dan Sunda tidak saling menyerang.

Sebagai sesama menantu dari Linggawarman, Raja pertama Sunda dan Raja pertama Sriwijaya terus berhubungan akrab. Tapi suatu ketika Tarusbawa diuji dengan sebuah masalah yang rumit.

Suatu ketika Sri Jayanasa hendak mempersunting Ratu Shima dari Kerajaan Kalingga di Jawa Tengah. Tapi lamarannya ditolak. Hal itu membuat Sri Jayanasa meradang dan berencana menyerang Kerajaan Kalingga. Karena Kerajaan Kalingga merasa terancam, Kerajaan Kalingga pun segera beraliansi dengan Kerajaan Galuh. Aliansi pun terbentuk antara Ratu Shima dengan Wretikandayun, melalui pernikahan antara Parwati (Putri Ratu Shima) dengan Mandiminyak (Putra bungsu Wretikandayun).

Keadaan tersebut membuat Tarusbawa bingung harus memihak yang mana, sebab sekalipun Wretikandayun menolak mengakui dirinya sebagai Raja penerus Tarumanegara, Wretikandayun tetaplah sahabat Tarusbawa. Hal ini menunjukkan betapa mulianya hati Raja Tarusbawa itu. Akhirnya, sebisa mungkin Tarusbawa mencegah Sri Jayanasa melakukan peperangan.

Tarusbawa pun memberikan masukan kepada Sri Jayanasa. Mendapat masukan dari sahabat dan iparnya sendiri, Sri Jayanasa pun melunak dan mengurungkan niatnya menyerang Kalingga dan Galuh. Perdamaian pun berhasil dipertahankan.

Singkat cerita pada tahun 723 Masehi, Maharaja Tarusbawa meninggal dunia. Kekuasaan pun dilanjutkan oleh menantunya Harisdarma atau yang dikenal juga dengan sebutan Sanjaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun