Mohon tunggu...
Lingua Creativa
Lingua Creativa Mohon Tunggu... Konsultan - "Mumpung Masih Muda, Perbanyak Karya dan Pengalaman!"

Lingua Creativa merupakan wadah untuk anak muda Indonesia dalam mengasah dan mengembangkan soft skills.

Selanjutnya

Tutup

Drama

Mencari Anak Saleh

1 Juni 2015   11:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:24 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Naskah Drama

Tema                                                                         : Saudaranya Setan

Judul                                                                         : Mencari Anak Saleh

Susunan Pemeran dalam Pementasan  : Dalang, Para Pemain, Sutradara

Penulis dan Sutradara                                    : Satria Wijaya

Mencari Anak Saleh

(Palembang, 2015)

Dalang (Riski Asrofi): Suatu ketika, hiduplah nenek dan kakek di sebuah rumah. Mereka hingga umurnya cukup tua belum juga dikaruniai anak. Pada suatu pagi mereka berbincang berdua mengenai niat untuk mengangkat seorang anak dengan tujuan mulia.

Nenek (Radia): Suamiku, kenapa hidup ini tak adil! Mereka di luar sana punya anak, dan hidup mereka bahagia. Anak mereka 2, 3, 4, 9, bahkan 12. Tapi kita satu pun tak ada. (sambil duduk di atas kursi kayu)

Kakek (Syafaat): Istriku, inilah yang dinamakan hidup. Kadang sedih, kadang juga bahagia. Tak perlu diratapi! (sambil meneguk kopi hidangan Sang Istri)

Nenek: Huuuuuuuh, ya, aku tahu. Tapi, yasudahlah.

Kakek: Istriku, ada yang ingin aku sampaikan. Maukah kalau kita mengangkat seorang anak? Agar rumah kita tak sepi. (dengan ekspresi serius)

Nenek: Sebetulnya dari dulu aku mau, tapi baru kali ini kau berkata itu.

***

Dalang: Setelah mereka duduk berbincang akhirnya mereka pergi dengan tujuan mengunjungi ke beberapa tempat untuk mencari seorang anak yang baik akhlak dan perilakunya sehari-hari. Dalam perjalanan, mereka bertemu sekumpulan anak muda yang sedang berpacaran dan berjudi. Nenek dan Kakek menghampiri sekumpulan anak muda itu.

Kakek: Astaghfirullah! (sambil mengusap dada)

Nenek: Ya Alloh, ampunilah orang tua mereka hingga anak mereka seperti itu.

Lady: Hii Farel, kamu kok jarang hubungi aku sih, aku kan kangen! (sedang berpacaran)

Farel: Oh iya, maafin aku ya. Aku janji tidak akan seperti ini lagi dan akan selalu menghubungi kamu. Aku selalu ada untukmu Lady.

Kakek: Bertobatlah kalian, pacaran itu perbuatan sia-sia.

Nenek: Aduh-aduh, heiii, kalian ini, masih muda sudah berjudi. Bubar! Bubar! Bubar! (kepada sekumpulan penjudi)

Iqra: Hoi nenek tua, emang urusan Lo? (teman-temannya pun tertawa terbahak-bahak, Viqo, Hasan, dan Husein)

Kakek: Dosakah kita jika sebagai orang tua?

***

Dalang: Nenek dan Kakek berjalan kembali dengan tujuan yang sama untuk mencari seorang anak yang baik akhlaknya dan baik perbuatannya sehari-hari.Tetapi di tengah perjalanannya kembali, mereka melihat seorang ibu sedang menangis karena kedurhakaan anaknya yang tidak menyayangi ibunya.

Ibu (Amrina): Anakku, ibu sedang sakit nak!

Adi: Mana uangku hari ini! Aku mau jalan-jalan dengan seorang teman yang ku cintai.

Ibu: Uang ibu habis, nak.

Adi: Aaahh, jangan berbohong! (sambil marah dengan suara keras terhadap ibu kandungnya sendiri)

Ibu: (merintih sambil menangis)

Nenek: Oh ibu yang malang. Sudahlah jangan bersedih. (sambil merangkul Sang Ibu tersebut)

Ibu: Iya, terima kasih.

Kakek: Bersabarlah dengan doa.

***

Dalang: Sehabis menghampiri seorang Ibu yang sedang menangis, tiba-tiba dengan muka miris melewati sekumpulan anak muda yang mabuk-mabukkan, nenek dan kakek itu sedikit menceramahi rombongan itu.

Faris: Dunia milik kita, Sob! (berkumpul dengan Syaddad, Naufal, Ammar sambil meminum minuman yang dilarang)

Syaddad: Tambah lagi, bro!

Naufal: Haa... Haa... Haa... (tertawa dengan badan sempoyongan)

Ammar: Aku mah ora popo, Lanjutkan bro!

Kakek: Astaghfirullah! Sesungguhnya kalian telah berbuat kerugian. Bertobatlah wahai anak muda!

Naufal: Ngomong apa bapak tua? (Faris, Syaddad, dan Ammar turut tertawa terbahak-bahak)

Nenek: Sudahlah Suamiku, mereka itu terjerumus godaan Syetan)

Kakek: Iya, semoga mereka mendapatkan hidayah dari Alloh Swt. Aamiiin..

***

Dalang: Sewaktu hari sore menuju pulang ke rumah, Nenek dan Kakek sejenak berhenti karena terdengar sedikit suara lantunan orang yang sedang mengaji. Ternyata, di simpang jalan terdapat Saung Mushola dan terlihat sekumpulan anak Soleh, yakni Fauzan, Apliansyah kakanya Fauzan, dan teman-temannya, yaitu Ilmi, serta guru mengaji mereka Pak Imam. Nenek dan Kakek yang terpesona langsung mengunjungi tempat itu.

Fauzan: Bismillaahirrohmaanirrohiim. (Sedang mengaji bersama Guru dan teman-temannya)

Kakek: Assalamualaikum.

Pak Imam: Wa’alaikumsalam Wr Wb. (berbarengan menjawab salam, fauzan, kakaknya, dan teman-temannya).

Kakek: Wah, indahnya suara anak-anak soleh. Pastilah orang tua mereka pun baik.

Pak Imam: Alhamdulillah Kek, orang tua mereka inshaaAlloh baik-baik. Tetapi, mereka semua ini anak Yatim Piatu.

Apliansyah: Mari masuk, Kek, Nek. Kami senang bisa berjumpa.

Nenek: Oh iya, terima kasih.

Pak Imam: Kalau boleh tahu, kakek dan nenek dari mana?

Kakek: Gini pak, kami berdua ini bermaksud mengadopsi anak. Sudah lama kami ingin mengasuh anak. Tetapi, sungguh miris melihat kondisi anak muda di luar sana.

Apliansyah: Wah, kami saja Kek, menjadi anak angkat Kakek dan Nenek. (sambil tersenyum)

Ilmi: Aku paling banyak hafalan dan puasa sunnah Kek.

Kakek dan Nenek: Tersenyum bahagia.

Pak Imam: Iya betul, mereka ini rajin dan soleh, Kek. Kalau memang berkenan, satu di antara anak-anak kami ini bisa membantu Kakek dan Nenek.

Nenek: Oh baiklah, kami terdengar ada anak yang bacaan ngajinya baik dan indah.

Ilmi: Oh, itu tadi Fauzan Kek.

Pak Imam: Oh iya, kebetulan rumah kakek dan nenek kan tidak terlalu jauh, jadi boleh-boleh saja kalau di antara kami ada yang bisa ikut dengan kakek dan nenek.

Kakek: Alhamdulillah, inshaaAllah kita tetap belajar mengaji bersama di sini.

***

Dalang: Akhirnya, salah satu di antara mereka ikut dengan Kakek dan Nenek. Walupun demikian, mereka tetap terus melanjutkan beajar mengaji bersama dengan Pak Ahmad Syafaat. Dengan demikian, nampak jelas bahwa kehidupan anak soleh paling diunggulkan

**SELESAI**

Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun