Sebanyak apapun kau kehilangan, kau harus tetap hidup. Tak peduli seberapa kejam kenyataannya.
( Kamado Tanjiro - Kimetsu No Yaiba Eps : 7 )
---------
Kematian itu bisa kita sebut bagian dari proses untuk menyadarkan kita bahwa manusia adalah makhluk yang fana. Kita cenderung sulit untuk menerima kenyataan bahwa orang yang kita anggap penting itu suatu saat akan pergi. Di saat yang sama, kita juga cenderung takut akan kematian. Artinya kita sendiri menolak konsep dari ke fanaan itu sendiri.
Hilang
Kehilangan nyawa seseorang yang penting bagi hidup kita itu memang menimbulkan luka pahit yang akan membekas dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk benar-benar hilang. Semakin panjang umur kita, maka kita mendapatkan kesempatan untuk merasakan sensasi itu lebih banyak. Satu persatu kita akan mengalami sensasi yang sama berulang-ulang seolah Tuhan itu ingin menunjukkan bahwa selanjutnya adalah giliran kita.
Meratapi kamatian, baik yang telah terjadi kepada orang lain maupun kematian yang sudah menunggu kita, itu bikin kita berpikir seakan kita itu "hanya datang untuk pergi". Iya, ini kalimat sederhana yang  bisa bikin kita itu berpikir panjang untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat meskipun setidaknya hanya untuk satu orang, karena pada akhirnya kita akan mati juga. Dan kita akan cenderung melakukan apapun asal kita senang atau bahagia.
Kita terlalu fokus dengan hasil akhir tapi sering lupa dengan apa yang menjadi dampak sebelum dan sesudah kematian. Karena meninggal dengan memberikan manfaat dan hanya sekedar meninggal itu sama sekali berbeda. Bukan soal namamu teringat oleh banyak orang setelah pergi, tapi kita bicara tentang seseorang atau banyak orang yang hidupnya menjadi lebih berarti berkat keberadaan diri kita.
Frekuensi Ikatan Yang Berbeda
Jika memang kematian sudah menjadi siklus hidup yang tidak bisa kita hindari, ya sudah, cukup nikmati aja apa masih tersisah dalam hidup kita. Kita memang sering melihat dalam film bahwa kematian satu orang dapat memberikan dampak besar bagi perilaku hidup seseorang. Itu ngga salah dan wajar. Ngga ada kata lain selain "sabar dan kuat" yang bisa diucapkan oleh teman-teman kita.
Saat kita berada di posisi berduka, kita harus menghargai apapun kata-kata duka dan penyemangat dari orang lain. Meskipun kita bisa menganggap bahwa kalimat itu tidak berguna pada saat itu karena mereka tidak tahu apa yang kita rasakan. Yah, setidaknya kita bisa bilang itu hampir betul tapi tidak tepat. Karena memang tugas seseorang yang tidak merasakan sakit lah yang memberikan kata-kata manis untuk kita yang sedang terluka. Begitupun kamu pada saatnya tiba, saat kerabatmu sedang berduka, kamulah yang sedang tidak merasakan sakit untuk memberikan kata-kata penyemangat itu.
Jadi, jangan pernah menganggap bahwa mereka tidak mengerti. Kita hanya berbeda frekuensi ikatan terhadap orang yang telah pergi, yang membuat frekuensi emosi kita berbeda di momen itu. Pada saatnya tiba pun, ledakan emosi itu akan berbalik ke orang lain. Dan mungkin kata-kata penyemangatmu akan dianggap ketidakpahaman atas emosi mereka. Siklus ini akan terus berputar dan tak akan pernah habis.
Episode Belum Berakhir
Kita bisa memastikan bahwa cepat atau lambat, ledakan emosi kita akan memudar atau hilang. Dan akan menyadari bahwa perginya seseorang bukanlah akhir dari episode kehidupan kita. Ini hanya salah satu fase kehidupan kita yang mungkin tidak kita inginkan tapi kita membutuhkan ini. Mungkin bisa kita sebut jeda waktu yang membuat hidup kita berhenti sementara, dan dengan sendirinya kita akan memahami bahwa tak ada akhir kecuali kita sendiri yang pergi.
Kita bisa menganggap bahwa ini adalah spoiler dari Tuhan, agar kita memahami lebih dalam apa itu kematian dan apa dampak dari kematian kita. Meskipun kita tidak bisa memastikan kapan waktunya tiba, tapi kita bisa memastikan kapan kita siap untuk pergi.
Kenyataan Memang Tak Pernah Indah