Pertengahan Agustus lalu kita telah mendengar kabar terkait euforia mahasiswa baru dalam mengikuti ospek kampus. Tak mengherankan jika memang momen seperti ini hanya terjadi sekali saja dalam seumur hidup. Maba dibuat takjub dengan dunia kampus yang serba bebas dan lepas dari orang tua. Maba seperti melihat dunia baru dalam fase hidupnya beranjak dewasa.
Mahasiswa memiliki privilege tersendiri bagi kalangannya, tak semua orang dapat mengeyam bangku kuliah. Ekonomi, dan desakan sering menjadi alasannya. Orang kuliah dianggap sebagai tonggak pembangunan negara. Bangsa ini berharap besar untuk para kawula mudanya khususnya para mahaiswa agar bisa meneruskan tongkat estafet pembangunan bangsa.
Namun dibalik harapan dan kegembiraan itu semua, ada banyak sekali tantangan dan keadaan yang membuat orang berubah. Dunia kampus memang penuh kegembiraan dan drama. Saya sendiri yang biasa hidup di daerah ketika pertama kali kuliah merasa dunia kampus penuh dengan kesenangan anak muda, dan juga gengsi yang tinggi diantara mahasiswanya.
Melihat orang - orang bergaya saya juga ingin ikut-ikutan bergaya. Mereka nongkrong saya juga ikut-ikutan nongkrong Melihat yang lainnya pacaran saya juga ingin ikut-ikutan pacaran. Godaan dan nafsu untuk mengikuti trend begitu bergejolak hingga apapun yang dilakukan teman saya ikut melakukan agar terlihat gaul dan keren. Padahal uang saku saya begitu ngepres. Tak kuat jika harus mengikuti gaya hidup yang semakin menjadi-jadi di dunia kampus.
Inilah yang akhirnya saya sadari bahwa saya latah dalam menghadapi dunia kampus. Dunia kampus tak seindah sinetron FTV kawan. Prinsip dan pelajaran hidup yang sering diajarkan oleh orang tua saya begitu mudahnya saya lupakan tatkala saya berada disituasi ini. Padahal ada harapan dan tujuan mulia Ketika saya menginjakkan kaki dan mulai berangkat dari kampung saya untuk menuntut ilmu di kota.
Misi mulia yang kita bawa harus terus kita ingat tatkala kita telah menuntut ilmu di kota. Tujuan utama kuliah ya belajar. Belajar dalam arti yang luas, belajar hidup, bermasyarakat, manajemen diri, dan masih banyak yang lainnya. Hiraukan gengsi dalam pergaulan. Kita adalah generasi penerus bangsa, ingat mereka yang bahkan untuk makan pun tak bisa, masih banyak PR yang harus kita kerjakan untuk bangsa ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H