Senja menyinari kampus megah yang berdiri angkuh di tengah kota. Gedung-gedung tinggi menjulang seperti menara gading, melambangkan kekuasaan dan kemewahan yang tersembunyi di balik dinding-dindingnya. Di luar sana, realita hidup berputar dengan kecepatan yang tak terduga. Namun, di dalam tembok kampus, semacam dunia tersendiri tercipta, dipenuhi dengan mimpi-mimpi yang terkadang terasa jauh dari kenyataan.
"Lihatlah, kampus ini menjulang tinggi seperti menara gading," ujar Roni, seorang mahasiswa semester akhir, menunjuk ke arah gedung rektorat yang menjulang menyerupai istana modern.
"Tapi, di balik kemegahan itu, tersembunyi derita yang menyelimuti kita, mahasiswa," sahut Lina, sahabat Roni, matanya memandang sedih ke arah gedung rektorat.
"Ke mana perginya janji-janji rektor untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan kesejahteraan mahasiswa? Bukankah kampus harus menjadi tempat kita mengejar ilmu dan membangun masa depan?" tanya Roni, suaranya menyertakan kekecewaan yang mendalam.
"Kampus ini seperti menara gading, menjulang tinggi di atas derita kita," jawab Lina, menyertakan sarkasme dalam suaranya.
Mereka berdua duduk di bangku taman kampus, memandang sekitar dengan tatapan yang tak terarah.
"Fasilitas kampus semakin mewah, tapi kualitas pendidikan tak menentu. Dosen lebih fokus pada riset dan publikasi, ketimbang mengajar dengan hati," keluh Roni.
"Ya, benar. Banyak mahasiswa yang merasa terabaikan dan kecewa dengan sistem pendidikan di kampus ini," tambah Lina, "Uang kuliah semakin mahal, tapi tidak selaras dengan kualitas pendidikan yang diterima. Banyak mahasiswa yang terbebani dengan utang kuliah, sementara masa depan yang ditawarkan masih tak jelas."
Mereka berdua menatap ke atas, menatap langit yang mulai berwarna senja.
"Kampus ini menawarkan mimpi yang indah, tapi kenyataannya menyakitkan. Banyak mahasiswa yang merasa terjebak dalam sistem yang tak adil dan menindas," ujar Roni, suaranya mengalun sedih.
"Kesenjangan antara kemewahan kampus dan derita mahasiswa semakin lebar," jawab Lina, "Kampus seperti menara gading, menjulang tinggi di atas derita kita, yang tak pernah dipedulikan."