Mohon tunggu...
Satria Sukmanegara
Satria Sukmanegara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Bohongan

Larangan adalah perintah, bercerita tanpa batas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen Luka di Balik Seragam Karya Satria Sukmanegara

3 September 2024   09:45 Diperbarui: 3 September 2024   09:53 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mentari sore merangsek masuk melalui jendela kaca, menyinari ruangan berdebu yang dipenuhi dengan poster-poster usang bertuliskan slogan-slogan perjuangan. Di tengah ruangan itu, seorang pria tua duduk di kursi goyang, matanya menatap kosong ke arah jendela. Namanya Pak Raden, mantan ketua organisasi mahasiswa yang pernah berjuang gigih untuk membela keadilan dan kebenaran.

"Kalian semua begitu mudah melupakan," gumam Pak Raden, suaranya berbisik lirih seperti angin sepoi-sepoi. "Bagaimana kami berjuang bersama, bagaimana kami berkorban bersama, bagaimana kami... " suaranya terhenti, matanya berkaca-kaca.

Ingatannya melayang ke masa lampau, ke masa-masa ketika ia memimpin organisasi mahasiswa, berjuang bersama rekan-rekannya melawan ketidakadilan dan penindasan.

"Ingatkah kamu, Sudirman?" gumamnya, nama itu terlontar dari bibirnya dengan nuansa kekecewaan yang mendalam.

Sudirman, sahabat dekatnya, seorang pemuda berapi-api yang selalu berada di garis depan dalam setiap gerakan perjuangan. Mereka berdua berjuang bersama, berkorban bersama, mengalami suka duka bersama.

"Kamu begitu mudah melupakan semua itu," lanjut Pak Raden, nada suaranya meninggi, menampilkan amarah terpendam yang selama ini dia pendam. "Demi kekuasaan dan popularitas, kamu tega mengkhianati kami, mengkhianati perjuangan kita."

Sudirman, yang saat ini menjabat sebagai ketua organisasi, telah melakukan hal-hal yang merusak organisasi yang mereka perjuangkan bersama. Ia bersekutu dengan pihak yang selama ini mereka lawan, menjual idealisme dan nilai-nilai yang mereka perjuangkan untuk kepentingan pribadi.

"Kamu menjadi boneka mereka, Sudirman! Kamu melupakan semua yang pernah kita lakukan bersama! Kau telah menusuk kami dari belakang, menusuk organisasi ini dari belakang!" teriak Pak Raden, suaranya bergetar karena emosi.

Pak Raden terduduk lemas, kesedihan dan kekecewaan membanjiri hatinya. Pengkhianatan Sudirman merupakan luka mendalam yang tak mudah disembuhkan.

"Mereka akan menyesal! Mereka akan melihat bagaimana organisasi ini hancur di tangan mereka! Mereka akan melihat bagaimana cita-cita yang pernah kita perjuangkan dihancurkan oleh ketamakan dan kekuasaan mereka!" kata Pak Raden, suaranya bergema di ruangan yang sunyi, menampilkan sedikit harapan di tengah kekecewaan yang mendalam.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun