Mohon tunggu...
Satria Sukmanegara
Satria Sukmanegara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Bohongan

Larangan adalah perintah, bercerita tanpa batas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen "Pemimpin Ngebet"

27 April 2024   18:33 Diperbarui: 27 April 2024   18:34 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah desa kecil, terdapat seorang warga bernama Dodi yang sangat ngebet ingin menjadi pemimpin desa. Ia terobsesi untuk menduduki posisi kepemimpinan dan melakukan segala cara untuk mencapai tujuannya.

Dodi memulai kampanye dengan semangat yang tak terbatas. Ia membagikan stiker dan brosur ke setiap warga desa, berjanji akan mengubah desa menjadi tempat yang lebih baik dan memberikan segala kebutuhan yang diinginkan warga.

Namun, ada satu masalah kecil: Dodi tidak memiliki pengalaman atau pengetahuan yang cukup tentang kepemimpinan. Namun, hal tersebut tidak membuatnya patah semangat.

Dodi mengikuti seminar-seminar kepemimpinan yang diadakan di sekitar desa, dan mencoba berpura-pura menjadi seorang pemimpin. Ia menggunakan kata-kata motivasi yang terdengar seperti pidato politik, namun pada kenyataannya hanya berisi klise-kelise yang tak jelas.

Dodi juga mencoba mengatur pertemuan-pertemuan dengan warga desa untuk mendengarkan keluhan dan masalah mereka. Namun, lebih sering daripada tidak, pertemuan tersebut berakhir hanya dalam suasana bualan dan guyonan tanpa ada solusi yang jelas.

Sementara itu, warga desa, yang pada awalnya terkesan dengan semangat dan niat baik Dodi, mulai mulai menyadari betapa ngebetnya Dodi ingin menjadi pemimpin. Mereka menyadari bahwa semangat dan niat baik saja tidak cukup dalam memimpin, dibutuhkan pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan yang nyata.

Akhirnya, pada hari pemilihan, Dodi terkejut ketika ia mengetahui bahwa ia hanya berhasil mendapatkan sedikit dukungan. Warga desa lebih memilih pemimpin yang memiliki pengalaman dan kemampuan nyata daripada sekadar semangat tanpa dasar. 

Meskipun kecewa, Dodi kemudian menyadari pentingnya bekerja keras dan melengkapi diri dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan. Ia memutuskan untuk belajar lebih banyak tentang kepemimpinan dan mendapatkan pengalaman nyata sebelum mencoba lagi di masa mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun