Di suatu kota kecil yang dikelilingi oleh perbukitan hijau, terdapat sebuah dewan kota dengan anggota yang terkenal dengan janji manis mereka. Setiap kali ada pemilihan, mereka selalu memberikan janji yang menggiurkan kepada rakyat.
Anggota dewan pertama adalah Pak Emir, seorang politikus yang mahir menggunakan kata-kata indah. Setiap kali ia memberikan pidato atau kampanye, kata-katanya selalu memukau pendengarnya. Ia berjanji akan memperbaiki infrastruktur, menciptakan lapangan kerja, dan memberikan bantuan kepada warga yang membutuhkan.
Namun, setelah terpilih, Pak Emir sering lupa akan janjinya sendiri. Misalnya, ia berjanji akan memperbaiki jalan-jalan yang rusak, namun setelah itu, jalan-jalan tersebut malah semakin parah dan tak terawat. Rakyat pun kecewa dengan janji manis yang tak kunjung terealisasi.
Anggota dewan kedua adalah Ibu Sari, seorang wanita yang pintar dalam membuat janji manis dengan senyum manisnya. Ia selalu berbicara tentang pembangunan sekolah yang modern, pelayanan kesehatan yang terjangkau, dan berbagai proyek pembangunan lainnya yang akan membawa kemajuan bagi kota tersebut.
Namun, setelah pemilihan selesai, Ibu Sari seringkali sibuk dengan acara-acara sosial dan melupakan janji-janjinya. Rencana untuk membangun sekolah baru berubah menjadi pesta teh, dan rencana untuk memperluas layanan kesehatan berubah menjadi kunjungan ke salon kecantikan. Rakyat pun semakin skeptis dengan janji-janji manis dari Ibu Sari.
Anggota dewan ketiga adalah Pak Joko, seorang politikus yang terkenal dengan janji-janjinya yang inovatif dan kreatif. Ia selalu memiliki ide-ide brilian yang ia janjikan kepada rakyat, seperti membangun taman bermain yang megah atau festival seni yang spektakuler.
Namun, setelah pemilihan selesai, Pak Joko seringkali kehilangan fokus dan melupakan janji-janjinya. Rencana taman bermain tergantung pada dana yang tak kunjung datang, dan festival seni berubah menjadi pertunjukan boneka yang kurang menarik. Rakyat pun mulai meragukan keaslian dan kekreatifan janji-janji Pak Joko.
Meski janji-janji manis dari anggota dewan tersebut seringkali berakhir dengan kekecewaan, rakyat tetap memiliki harapan bahwa suatu hari anggota dewan akan benar-benar mengingat dan memenuhi janji-janji mereka. Dan di balik segala kekonyolan dan janji manis yang tak terealisasi, kota tersebut tetap hidup dengan penuh canda tawa dan optimisme.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H