Mohon tunggu...
Satria Praditya
Satria Praditya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya menyukai alam

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ada Apa dengan Israel dan Palestina? Apakah Sebutan Makhluk Sosial Tak Lagi Ada Artinya?

25 Oktober 2023   14:54 Diperbarui: 26 Oktober 2023   21:18 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendirian. Kita sebagai manusia harus bisa memaknai arti tersebut sehingga kita tidak akan merasa paling terbebani akan suatu hal. Selain sebagai makhluk sosial, manusia juga merupakan makhluk yang memiliki kemampuan untuk berpikir sebelum melakukan sesuatu. Beberapa kelebihan ini dapat dirasakan di dalam diri kita sebagai manusia. Dari tahun ke tahun, manusia terus berkembang dan berkembang, serta mampu mengatasi hal yang tidak mampu mereka atasi sebelumnya. Tetapi ada sesuatu hal yang membuat itu tidak berhasil di suatu tempat di planet Bumi, tepatnya di suatu negara yang bernama Israel. Israel merupakan sebuah negara yang berada di timur tengah dan merupakan negara yang mayoritas penduduknya adalah Yahudi.

Para petinggi dari negara Israel menganggap remeh sebutan “manusia adalah makhluk sosial” seakan akan mereka hanya mau hidup sendiran. Ada satu hal yang harus digarisbawahi kenapa konflik yang terjadi di Palestina saat ini  merupakan sesuatu yang disebabkan oleh para petinggi negara. Kenapa bisa demikian? Karena petinggi dari suatu negara umumnya memiliki kekuasaan atau otoritas yang jauh lebih tinggi dibandingkan rakyat biasa, hal tersebut  membuat mereka bisa melakukan apapun yang mereka mau tanpa terkena hukum dari negara mereka sendiri. Kita perlu mengingat bahwa tidak semua orang memiliki pendapat yang sama jadi dapat kita katakan bahwa tidak semua masyarakt Israel menyetujui penyerangan terhadap Palestina dan perlu disadari juga kita tidak boleh meihat suatu masalah hanya dari satu sisi, kita perlu melihatnya dari kedua sisi yaitu pelaku dan korban. Karena satu hal yang saya yakini, pelaku tidak selalu salah dan korban tidak selalu benar.

Konflik antara Israel dan Palestina kiat memanas setiap harinya. Dikatakan bahwa Israel ingin mengambil tanah air mereka yang diberikan oleh Inggris yang pada saat itu Inggris merupakan pemenang Perang Dunia pertama. Inggris memberikan jalur Gaza dan kawasn Sinai kepda Israel di mana tempat itu merupakan tanah yang ditempati oleh Palestina saat ini. Israel merasa bahwa itu adalah hak mereka untuk merebut sesuatu yang telah diberikan kepada mereka. Tahun 1917 merupakan awal mula terjadinya konflik antara Israel dan Palestina. Sejak saat itu, Israel kerap kali mencoba untuk merebut kawasan Gaza menggunakan berbagai macam cara, tetapi cara yang dilakukan oleh Israel pada masa ini adalah cara yang paling tidak manusiawi. Bagaimana tidak, Israel tidak pandang bulu ketika hendak merebut kawasan yang mereka anggap sebagai hak milik mereka. Mereka tak henti hentinya membuat masyarakat Palestina merasakan kengerian dan malapetaka tiap harinya. Seakan akan tak ada hari yang damai untuk menyantap sepotong roti atau meminum segelas susu. Hari yang damai, tentram dan tenang sudah dirampas dengan kejam dari kehidupan mereka.

Keadaan yang sedang terjadi antara Israel dan Palestina ini membuat dunia terkejut seakan akan berharap hal ini tidak terjadi dan dapat segera berakhir. Bayangkan saja, seorang anak kecil yang sedang bermain bola bersama teman temannya harus menyaksikan sebuah ledakan di dekat tempat  mereka bermain, bayangkan trauma apa yang merek miliki, bayangkan luka mereka, tidak hanya luka yang nampak di luar tetapi juga luka yang ada di dalam diri mereka. Mereka tidak bisa berbuat apa apa terhadap kejadian yang menimpa mereka ini, mereka merasa ini tak ada habisnya, mereka merindukan hari hari damai bersama keluarga dan teman teman mereka.

Disaat kita sedang duduk santai di rumah, minum kopi atau membaca buku, ataupun sedang bermain main bersama teman teman kita, kita mungkin tidak menyadari apa yang sedang terjadi di Palestina. Apa yang mungkin kita keluhkan saat ini, entah keadaan yang berisik atau cuaca yang panas ini tidak sebanding dengan apa yang dialami oleh masayarakat Palestina. Dapat kita bayangkan, mungkin keadaan berisik mereka dan kita itu berbeda. Suara motor, suara orang teriak, suara mesin mungkin akan kita anggap berisik tetapi bagi mereka itu mungkin impian yang belum dapat mereka rasakan. Dapat juga kita bayangkan bahwa suara berisik di tempat mereka itu adalah suara peluru yang tidak ada hentinya, suara peringatan yang akan menyala setiap ada rudal, suara tangisan orang orang, suara jatuhnya bangunan dan masih banyak lagi.

Namun terlepas dari fenomena yang sedang terjadi, patut kita pertanyakan “apakah yang sedang terjadi di Israel saat ini?”. Salah satu hal yang sangat jarang menjadi perbincangan di media sosial. Palestina hampir  menjadi sorotan semua  media karena palestina adalah korban. Korban menjadi sorotan merupakan hal yang biasa terjadi tetapi masyarakat juga perlu mengetahui keadaan si pelaku. Tetapi satu hal yang saya yakini yaitu tidak semua masyarakat Israel menginginkan adanya perang. Banyak masyarakat dunia merasa resah dan gelisah terhadap fenomena yang sedang menimpa Palestina saat ini. Donasi kepada Palestina juga semakin digalang dan dapat dikatakan bahwa masih banyak masyarakat Indonesia maupun masyarakat dunia yang peduli terhadap Palestina.

Sekali lagi saya katakan, manusia adalah makhluk sosial. Itu artinya manusia tidak bisa hidup sendiri. Manusia tidak bisa hidup sendiri bukan berarti manusia yang tidak bisa tinggal sendirian di rumah, tetapi jauh lebih luas daripada itu. Manusia sebagai makhluk sosial merupakan salah satu sifat istimewa yang dimiliki manusia. Alasannya sangat sederhana, yaitu karena keseharian atau aktifitas yang dijalani oleh manusia setiap harinya tidak terlepas dari interaksi antar sesama dan juga merupakan salah satu kelebihan yang dimiliki oleh manusia.
Jadi apa yang sebaiknya kita tanamkan ke dalam diri kita sehingga hal serupa tidak terjadi di negara kita? Sebenarnya pemikiran yang sempit dapat membuat ini semua terjadi dan di sosiologi ada suatu istilah, yaitu “iron cage” yang kurang lebih memiliki makna tentang sesorang yang mengurung dirinya, pikirannya, kehendaknya sehingga membuat dia merasa kesepian dan tersiksa. Dari konflik yang sedang terjadi antara kedua negara ini juga kita belajar bahwa perang tidak dapat menyelesaikan masalah, perang hanya membawa petaka bagi manusia. Kita harus bisa memikirkan dampak dari tindakan yang akan kita lakukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun