Mohon tunggu...
Satria Pradana
Satria Pradana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya Olahraga dan lebih suka menikmati moment dari pada mengabadikan momen

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Desa Centong, Inovasi dan Teknologi Meningkatkan Produksi Anyaman Tampah

16 Juli 2024   22:58 Diperbarui: 16 Juli 2024   23:03 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suwaji, merupakan seorang pengrajin yang cekatan, dengan terampil menekuk bambu yang telah dipotong-potong menjadi lingkaran. Di Gudang rumahnya yang terletak di bagian belakang rumahnya dirubah fungsikan menjadi tempat pembuatan tampah bambu Bersama sang istri dan kakaknya sibuk merangkai bambu menjadi anyaman. Setelah dirangkai, bambu-bambu tersebut membentuk tampah berukuran sedang. Pak Suwaji mengaku telah melakukan pekerjaan ini selama puluhan tahun.

Teknologi Tepat Guna Pembelah Bambu 16 Mata Pisau

Sebelum adanya Teknologi Tepat Guna (TTG), Pak Suwaji dan istrinya harus membelah bambu menggunakan parang, yang memakan waktu cukup lama. Saya, Satria Pradana, mahasiswa semester 6 program studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata selama 12 hari, dari 10 Juli 2024 hingga 21 Juli 2024 di Desa Centong, Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto. Dalam program ini, saya dan rekan anggota kelompok saya, Umarul Kafiyanto dari program studi Manajemen dan Aulia Kyarahanna dari program studi Sastra Inggris memperkenalkan Teknologi Tepat Guna (TTG) berupa alat pembelah bambu dengan 16 mata pisau, yang diyakini dapat membantu Pak Suwaji meningkatkan produksi anyaman tampah bambu.

Alat pembelah bambu 16 mata pisau ini menawarkan berbagai keunggulan, seperti efisiensi waktu dan tenaga karena mampu membelah bambu dengan cepat dan efisien, menghemat waktu dan tenaga para pengrajin. Alat ini menghasilkan potongan bambu yang rapi dan seragam berkat 16 mata pisaunya, yang sangat penting dalam pembuatan kerajinan tangan berkualitas tinggi. Mata pisau yang terbuat dari bahan berkualitas tinggi memastikan alat ini tahan lama dan tidak memerlukan banyak perawatan. Selain itu, alat ini dirancang agar mudah dioperasikan oleh siapa saja, bahkan bagi mereka yang belum berpengalaman menggunakan alat-alat berat.

Cairan Semprot Anti-Jamur

Sebelumnya, Pak Suwaji dan istri melakukan pencegahan tumbuhnya jamur dalam produksi tampah dengan memanggang potongan bambu menggunakan oven yang terletak di belakang rumah, namun itu sendiri hanya mencegah pertumbuhan jamur dalam jangka waktu yang tidak lama, dengan adanya pengenalan cairan semprot anti-jamur dapat memberikan berbagai manfaat yang dapat meningkatkan kualitas dan daya tahan produk. Cairan ini efektif dalam mencegah pertumbuhan jamur pada tampah bambu. Jamur dapat merusak struktur bambu dan mengurangi kualitas tampah, sehingga perlindungan dari jamur sangat diperlukan. Dengan mencegah pertumbuhan jamur, cairan anti jamur membantu memperpanjang umur tampah. Tampah yang bebas jamur lebih tahan lama dan dapat digunakan lebih lama oleh konsumen. Selain itu, jamur dapat menimbulkan noda dan perubahan warna pada bambu. Dengan menggunakan cairan anti jamur, tampah tetap terlihat bersih dan menarik, sehingga meningkatkan nilai estetisnya.

Selain memperpanjang umur dan menjaga penampilan tampah, cairan anti jamur juga menjaga kebersihan dan kesehatan pengguna. Jamur dapat menimbulkan masalah kesehatan bagi pengguna tampah, sehingga penggunaan cairan anti jamur memastikan tampah tetap higienis dan aman digunakan untuk menyimpan atau menangani makanan. Tampah yang telah diolah dengan cairan anti jamur memiliki nilai jual yang lebih tinggi karena kualitas dan daya tahannya yang lebih baik. Hal ini dapat memberikan keuntungan lebih bagi para pengrajin dan penjual tampah. Selain itu, risiko kerugian produksi akibat kerusakan tampah oleh jamur dapat diminimalisir, sehingga mengurangi kerugian bagi produsen.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun