Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sudah secara resmi merapat ke Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres). Namun suara Nahdatul Ulama sendiri yang merupakan basis PKB ternyata terpecah.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) Said Aqil Sirodj tanpa malu - malu menyatakan dukungannya kepada capres Prabowo Subianto.
Menurutnya sosok Prabowo yang berlatarbelakang jenderal adalah calon pemimpin yang berani dan tegas.
Sumber: Said Aqil Terang-terangan Dukung Prabowo
Menjelang pilpres 2014 yang semakin dekat, kabar terbaru kembali berhembus. Salah satu Capres dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto mendapatkan dukungan dari Ketua Umum salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia PBNU, yaitu Said Aqil Siradi
Said Aqil mengatakan bahwa secara pribadi mendukung Prabowo Subianto sebagai Presiden dalam Pilpres yang akan datang. Akan tetapi, walaupun secara pribadi mendukug Capres dari Partai berlambang Garuda tersebut, dia tetap memberi kebebasan kepada warga NU untuk memilih capres yang lain.
Alasan Said Aqil memilih Prabowo adalah karena Prabowo memiliki sikap yang tegas, berani, dan berwibawa untuk memajukan Indonesia ke arah yang lebih baik. Menurutnya, Indonesia harus berdaulat secara ekonomi, politik, serta budaya. Oleh karena itu, Indonesia memerlukan pemimpin yang tegas dan berani seperti Prabowo agar tidak dikangkangi oleh para investor dan bisa berdaulat secara ekonomi.
Padahal PKB sendiri yang basis terbesarnya ada di NU telah mendklarasikan bahwa mendukung pencapresan dari Jokowi. Akan tetapi, hal ini sangat bertolak belakang dengan sikap Said Aqil yang mendukung pencapresan Prabowo.
Apakah hal ini menandakan bahwa masih adanya dampak dari perpecahan Muhaimin Iskandar dan Said Aqil pasca diakuisisinya PKB oleh Muhaimin Iskandar dari trahnya Gusdur? Kalau benar begitu, hal ini akan berdampak pada berubahnya arah dukungan NU yang merupakan kekuatan dominan dari PKB dari awalnya mendukung Jokowi menjadi mendukung Prabowo yang dimulai dari Ketua Umumnya sendiri.
Perubahan haluan ini otomatis akan berdampak pada menguatknya dukungan basis kekuatan Islam kepada pencapresan Prabowo yang terdiri dari Muhammadiyah (PAN), PKS, PPP, dan terakhir NU. Hal ini pun akan mempersolid dukungan kepada Prabowo menjelang Pilpres 9 Juli yang akan datang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H