Mohon tunggu...
satriaputra nugraha
satriaputra nugraha Mohon Tunggu... -

basket & futsal

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Golkar, Partai Tua Tapi Mirip ABG Labil

27 November 2014   03:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:44 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1417009276815666248

[caption id="attachment_356315" align="aligncenter" width="663" caption="(Sumber foto : www.viva.co.id )"][/caption]

Golkar adalah partai yang sudah tua di negeri ini. Partai itu juga sudah berkuasa sangat lama, 32 tahun berada ditampuk kekuasaan dan menjadi The Ruling party alias Partai Penguasa bersama Presiden Soeharto. Tentu golkar sudah banyak makan 'asam garam' dunia perpolitikan Indonesia. Golkar juga pernah mengalami getirnya nasib politik seiring dengan jatuhnya 'The Smiling General'. Golkar dihujat, bahkan didesak untuk dibubarkan.

Namun, Golkar lolos ujian dan selamat dari badai politik yang menyertai era reformasi di negeri ini. Di bawah pimpinan Akbar Tanjung, partai yang kental dengan warna kuning itu kemudian perlahan bangkit dan mengkonsolidasikan diri. Golkar pun tak lepas dari 'khitah'nya sebagai partai pemerintah. Golkar menjadi partai yang bukan hanya main dua kaki, tetapi kakinya ada dimana-mana.

Meski keok dalam pertarungan pilpres 2004 saat mengusung Wiranto dan Salahudin Wahid, Golkar masuk dalam pemerintahan SBY-JK setelah JK meraih pucuk pimpinan partai itu. Pada pemilu 2009, Golkar sebagai partai besar tentu gengsi jika tak mengirimkan wakilnya dalam kontestasi perebutan kursi RI-1. Mereka mengusung JK yang dipasangkan dengan Wiranto menantang SBY-Boediono. Hasilnya, JK-Win bertekuk lutut diurutan buncit.

Setelah itu, tampuk kepemimpinan partai beralih ke tangan Aburizal Bakrie. Kembali ke laptop, Ical pun kemudian membawa gerbong partainya untuk merapat ke SBY. Mereka tak bisa 'move on' dari jerat kekuasaan. Golkar selalu berusaha menjadi penguasa atau bagian dari kekuasaan. Golkar sepertinya alergi untuk berseberangan dengan pemerintah, Oposisi bukanlah jalan hidup mereka.

Meski begitu, Golkar juga tak setia-setia amat terhadap pemerintah. Saat di eksekutif mesra, di parlemen mereka agak usil. Berkali-kali Golkar 'mengusik' pemerintahan SBY dengan alasan melaksanakan fungsinya sebagai pengawas pemerintah dan tidak harus partai ikut koalisi pemerintah mendukung bulat-bulat semua kebijakan pemerintah.

Nah, di 2014, Golkar banyak keluar dari tradisi mereka. Masih berhasil sebagai partai besar dengan menduduki posisi kedua, Golkar tak berhasil mengirimkan kandidatnya sebagai calon presiden. Ical alias ARB kandas dan harus melepas ambisinya jauh-jauh untuk menjadi presiden. Golkar akhirnya bergabung dengan Koalisi Merah Putih (KMP) yang mengusung Prabowo-Hatta di menit-menit akhir. Namun, bukan Golkar jika tak bikin kontroversi. Beberapa tokoh Golkar seperti Luhut Binsar Panjaitan dan 'anak-anak muda' seperti Nusron Wahid, Poempida, Agus Gumiwang terang-terang mendukung kubu Jokowi.

Usai pilpres, hasilnya Jokowi menang tipis. Golkar yang mendukung Prabowo pun harus bersiap-siap untuk tidak berada pada lingkaran kekuasaan. Setelah sedikit bimbang dan tarik ulur, jauh dekat dengan kubu Jokowi, Golkar akhirnya mantap untuk berada dalam Koalisi Merah Putih (KMP) yang menjadi oposisi. Mereka bergerak masif di parlemen dan berhasil mendudukan kadernya menjadi Setya Novanto menjadi ketua DPR. KMP mantap menjadi oposan dengan Golkar sebagai salah satu motornya. Tak dapat eksekutif, mereka bermaksud menguasai legislatif, juga lembaga tinggi lainnya serta kepala-kepala daerah.

Namun, kenyamanan KMP dan golkar yang berada didalamnya mulai terusik. Kubu KIH tak tinggal diam. Salah satunya dengan mengacak-acak Golkar. Pasukanya, tentu saja pihak yang kemarin berseberangan dengan kebijakan Ical saat pilpres. Perebutan ketua umum menjadi momen untuk melengserkan Ical. Pintu masuknya jelas terbuka lebar dengan prestasi Ical dalam memimpin Golkar yang dianggap gagal. (Lihat : http://bit.ly/1FpJoW5 )

Kini, partai itu pun panas dan mulai bergejolak. Kubu penentang Ical menguat, terlebih dengan dukungan Kubu Jokowi. Pemerintah sudah mulai 'cawe-cawe' dengan langkah Menkopolhukam yang melarang digelarnya munas Golkar di Bali. Bentrok fisik AMPG kubu Yorris dan Nurdin Halid pun semakin memanaskan suasana. ( Ricuh Golkar, Yoris dilaporkan ke Polisi http://bit.ly/1xDhRun )

Mari kita lihat ending-nya. Apakah Ical berhasil mempertahankan kekuasaanya di partai beringin ataukah terjungkal?. Jika Ical bertahan Golkar sepertinya akan tetap menjadi oposan bersama KMP. Namun, jika Ical terjungkal besar kemungkinan gerbong beringin akan diboyong ke Istana. Golkar kembali gagal 'move on' dan tak bisa jauh-jauh dari kekuasaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun