Era digital telah membawa perubahan signifikan dalam cara hidup kita. Gen Z, yang tumbuh dengan teknologi, terkadang disebut sebagai “anak digital”. Namun budaya lokal sebagai identitas Bangsa terkadang dikorbankan dalam proses modernisasi.Sekalipun era digital telah membawa banyak perubahan dalam kehidupan kita sehari-hari, dengan memahami dan menghormati adat istiadat setempat, kita dapat memperkuat jati diri Bangsa dan menjunjung tinggi nilai-nilai budaya Indonesia. Dengan melakukan hal ini, kita dapat mencapai keseimbangan antara modernitas dan tradisi serta memastikan bahwa kehidupan kita sehari-hari selaras dengan tren globalisasi.
Menurut Balai Bahasa dan Sastra 2023, banyak generasi yang lebih mengenal budaya asing dibandingkan adat istiadat setempat. Fenomena ini semakin nyata di tengah derasnya arus globalisasi yang menyoroti beberapa tantangan eksternal. Menurut sebuah penelitian, lebih dari separuh masyarakat Indonesia lebih memilih mengonsumsi barang-barang asing seperti musik, film, dan barang-barang gaya hidup dibandingkan barang-barang lokal atau tradisional. Salah satu penyebab utamanya adalah kemudahan akses terhadap budaya global melalui internet dan media sosial. Generasi muda kini hanya bisa menyampaikan konten dari banyak negara melalui ponsel pintar mereka sendiri. Berdasarkan riset Kompasiana, dominasi populasi asing lebih banyak disebabkan oleh algoritma media sosial yang lebih banyak mempromosikan konten global dibandingkan konten lokal.(Saefudin, 2023)
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi teknologi digital, khususnya di Indonesia, adalah kemerosotan nilai-nilai tradisional dan identitas budaya. Dalam beberapa tahun terakhir, penetrasi internet dan penggunaan media sosial terus meningkat, menyebabkan penurunan diam-diam dalam beberapa aspek kehidupan sosial, termasuk budaya lokal. Penggunaan media sosial di Indonesia meningkat sekitar tiga jam per hari di situs-situs seperti Facebook, Instagram, dan TikTok, sedangkan jumlah konten yang terkait dengan hari libur lokal jauh lebih rendah. Ironisnya, banyak generasi muda yang lebih terpesona dengan kereta api global yang memberikan kenikmatan instan dibandingkan dengan belajar dan mengajari mereka lebih banyak tentang tradisi mereka sendiri.
Jika anak-anak Indonesia berhasil memanfaatkan teknologi dalam aktivitas sehari-hari, maka kebudayaan Indonesia bisa terus berkembang meski zaman berubah. Teknologi digital mungkin merupakan alat yang efektif untuk mempromosikan budaya lokal melalui digitalisasi praktik tradisional dan tradisional. Sebagai contoh, aplikasi seperti Google Arts & Culture telah berhasil menggambarkan berbagai aspek budaya, global, termasuk adat istiadat tradisional Indonesia tertentu, dan pendekatannya dapat digunakan untuk mengajarkan tradisi lokal kepada generasi muda. Anak-anak juga dapat memanfaatkan media sosial untuk membuat konten kreatif tentang alat musik tradisional, tutorial tari lokal, atau dokumentasi upacara adat yang dapat menarik perhatian masyarakat di seluruh dunia. Berdasarkan artikel di Kominfo, lebih dari 77% masyarakat Indonesia sudah terhubung dengan internet, menjadikan media digital sebagai sarana yang sangat strategis untuk mempromosikan budaya lokal. Digitalisasi lokal merupakan langkah penting dalam menangani warisan budaya Indonesia dalam menghadapi globalisasi. Globalisasi dan kemajuan teknologi tentu saja mempunyai dampak positif, namun juga mempunyai kelemahan, terutama ketika menyangkut perekonomian global yang lebih dominan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI