Mohon tunggu...
Denovan Satriandika
Denovan Satriandika Mohon Tunggu... Penulis - Pundit Ala Ala

No Hoax

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Catatan Denovan: Malam Red Wedding di Anfield bagi Barcelona

8 Mei 2019   12:54 Diperbarui: 10 Mei 2019   10:04 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi penggemar serial Game of Thrones tentu sangat familiar dengan istilah 'Red Wedding', yakni sebuah episode yang dimana menceritakan pembantaian terhadap keluarga Stark oleh keluarga Frey karena keluarga Stark di anggap telah mengkhianati perjanjian dari kedua house tersebut. Setelah makan malam seluruh keluarga Stark beserta pasukannya di bantai habis habisan oleh House of Frey, mengerikan karena makan malam yang segoyanya merayakan sebuah pernikahan justru berakhir dengan maut.

Malam waktu Inggris tepatnya di stadion Anfield cerita serupa kembali terjadi, Barcelona yang datang dari Spanyol dengan keunggulan aggregate 3-0  di prediksi hanya menjalani laga 'formalitas' saja sebab jalan menuju final Champions League terbuka lebar dengan modal kemenangan di leg pertama plus sang lawan Liverpool timpang karena Mohammed Salah dan Roberto Firmino absen akibat cedera. 

Fans Theory yang bermunculan adalah 'jika dengan skuad yang komplet saja mereka di habisi di Camp Nou maka bisa apa Liverpool tanpa 2 pemain inti' kira kira seperti itu lah. 15 menit pertama Livepool benar benar memegang kendali permainan, gegenpressing yang di ciptakan Jurgen Klopp sukses menghambat aliran bola bawah ciri khas Barca alhasil gol cepat pun lahir dari Divock Origi yang sebelumnya Jordi Alba salah mengantisipasi passing atas dari Virgil Van Dijk. 

Praktis setelah gol Origi kendali permainan di ambil oleh Barca beruntung lini pertahanan Liverpool tampil disiplin terutama Van Dijk dan penjaga gawang Alisson Becker, khusus untuk Alisson 3 penyelamatannya di babak pertama sangat krusial karena jika salah satu peluang tersebut berujung gol maka bisa dipastikan pertandingan sudah selesai.

Babak 2 Barcelona seperti mengalami dejavu malam di Roma tahun lalu, tertinggal skor dan lawan sedang beringas mencari gol tambahan tapi Barca justru tampil main aman, tidak ada ciri khas passing mengalir dan menekan lawan yang ada hanya tampil lebih kedalam guna mengamankan aggregate. 

Sadar butuh gol tambahan untuk lolos Liverpool memanfaatkan Barca yang terus tertidur di babak 2 dengan menambah 3 gol tambahan melalui brace Georginio Wijnaldum dan 1 gol tambahan Origi, skor 4-0 di menit ke 78 membuat semua orang tidak percaya bagaimana bisa tim sebesar Barcelona, berpengalaman di Eropa, mempunyai keunggulan 3-0 di leg pertama, melawan tim yang tidak full team plus mempunyai magic dari seorang Lionel Messi justru di akhir cerita malah tersingkir kalah leg leg an 4-3. 

Sebetulnya Liverpool tidak main bagus bagus amat bahkan setelah gol cepat Origi di menit ke 7 setelah itu pula aliran bola Liverpool tersendat, Jordan Henderson dan Xherdan Shaqiri miss passing terus, Sadio Mane yang mudah jatuh dan Origi yang terisolir tanpa bola di depan justru yang sibuk adalah Fabinho yang menempel Messi, Van Dijk yang terus mengikuti Luis Suarez dan tentu Allison dengan penyelamatannya dari tendangan Messi dan Philipe Coutinho di babak 1 memegang peranan penting dalam kelolosan Liverpool. Bayangkan andai kata 1 saja bola masuk di babak pertama tadi saya kira runtuh sudah mental Liverpool sebab mereka harus mencari 4 gol tambahan.

Permasalahannya disini adalah Barcelona pun tidak sepenuhnya main bagus, 15-40 menit babak pertama oke mereka memegang kendali permainan tapi efektifitas serangan mereka lemah tidak ada 1 pun dari 3 peluang yang berujung gol. Babak 2 pun bukannya membaik justru mereka main aman dan terlalu kedalam, Arturo Vidal tidak memegang bola, Ivan Rakitic yang sibuk menjaga Wijnaldum dan Messi yang mati di tangan Fabinho. 

Uniknya saat tim tampil buntu Ernesto Valverde malah memasukan Nelson Semedo mengganti Coutinho, mungkin Valverde berniat mengamankan angka tapi melihat lawan yang semakin kesetanan mencari gol tambahan seharusnya Valverde mengambil inisiatif untuk mencari at least 1 gol saja untuk 'killing the game'yang ada justru mereka main makin dalam dan memberi lawan momentum dengan memberi gol tambahan maka selesai lah Barcelona saya kira saat skor 3-0 karena dengan main seperti itu bukan hal sulit bagi Liverpool mencetak 1 gol penentu dan terbukti konsentrasi mereka kacau saat menghadapi corner Trent Arnold yang berujung gol penentu Origi.  

Mungkin inilah kelemahan Barca setelah Andres Iniesta dan Neymar pergi praktis saat Messi mati dijaga ketat atau saat Messi absen maka saat itu puka Barcelona is nothing, PR besar tentu Valverde karena bukan hanya di match ini tapi di Laliga pun sering kali saat Messi off Barcelona selalu kerepotan.

Liverpool akhirnya melaju ke final Champions League 2019 di Wanda Metropolitano Madrid, 26 Mei nanti setelah melakukan pembantaian Red Wedding terhadap Barca di Anfield. Barca yang datang dengan senyum dan rasa optimis persis seperti keluarga Stark di malam Red Wedding Game of Thrones justru tewas di bantai habis 4-0 se tragis Walder Frey membantai Robb dan Catelyn Stark di malam Red Wedding.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun