Mohon tunggu...
Denovan Satriandika
Denovan Satriandika Mohon Tunggu... Pundit Ala Ala

No Hoax

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Catatan Denovan: Meng Zidane kan Seorang Ole

25 Januari 2019   22:13 Diperbarui: 14 Maret 2019   20:21 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

8 kemenangan beruntun sempat di raih Manchester United di awal kepeminpina Ole Gunnar Solskjaer dengan rincian 6 di Primer League dan 2 di FA Cup. Ole menjadi manajer MU pertama yang mencetak rekor tersebut bahkan melewati rekor Sir Matt Busby dan Sir Alex Ferguson, terlepas dari 7 lawannya diawal tersebut hanya Tottenham Hostpurs yang bisa disebut seimbang namun hadirnya Ole suka atau tidak suka telah merevolusi mental bertanding Paul Pogba cs.

Kini di bawah kendalinya permainan kembali hidup dan seluruh pemain seakan menikmati setiap menit bermain mereka, tak heran jika kini fans mulai berharap adanya trofi yang bisa diambil pada akhir musim baik itu FA Cup atau Liga Champions. Terlebih setelah MU melalui malam yang indah di kota Paris setelah menyingkirkan Paris Saint Germain melalui comeback yang dramatis

Mimpi fans tersebut sebetulnya sah sah saja selain melihat permainan yang kini nampak sudah stabil fans juga bisa berharap Ole dapat mengikuti jejak Zinedine Zidane sebagai manajer Real Madrid pada 2016-2018. 

Banyak kesamaan antara Ole dan Zidane dimana keduanya sama sama di angkat menjadi manajer di paruh musim, lalu keduanya juga di angkat menjadi manajer saat tim sedang terluka dimana Ole mengambil alih tim saat MU dikalahkan Liverpool 3-1 dan tercecer di peringkat 6 sementara Zidane diangkat saat Madrid hancur lebur dari Barcelona 0-4 di kandang serta tertinggal jauh dari puncak klasemen.

Kesamaan antara MU di tangan Ole dan Madrid era Zidane adalah mereka sama sama selalu menghadapi lawan yang sulit di kompetisi gugur. Madrid di UCL kala itu selalu bertemu tim kuat seperti Napoli, Man City, Juventus, PSG, Bayern Muenchen sampai Liverpool sementara Ole kini di hadapkan jadwal yang berat selain menghadapi Liverpool dan Arsenal di Primer League mereka juga menghadapi Chelsea, Arsenal dan Wolverhampton di FA Cup, Wolves memang bukan tim besar tapi mereka adalah tim paling konsisten di luar big six Primer League saat ini sehingga Wolves berpotensi menjadi batu sandungan United.

Keduanya juga sama sama mantan legenda tim dimana Ole merupakan alumnus dari sejarah treble winners MU tahun 1999 dan Zidane adalah bagian dari skuad Real Madrid saat meraih La Novena atau gelar ke 9 Champions League mereka di final Glasgow 2002 dengan gol ikonik dari sang maestro

Paling identik adalah keduanya jeli mengembalikan kembali peran pemain kuncinya yang di tangan manajer sebelumnya melempem, Zidane saat itu mengembalikan Toni Kroos sebagai jenderal lapangan tengah dimana sebelumnya Kroos bermain sebagai gelandang jangkar ditangan Rafa Benitez, hal tersebut mengubur talenta dia sebagai gelandang flamboyan pemberi passing karena saat bersama Rafa pusat permainan tidak bertumpu pada Kroos.

Sementara MU kini ditangan Ole mengembalikan peran Pogba sebagai pusat permainan, nyaris seluruh aktivitas serangan MU bermula dari Pogba bisa disebut kini dialah nyawa MU hal yang di tangan Mourinho tidak terlihat karena diluar taktik parkir bis, Pogba saat itu bermain terlalu kedalam sehingga dia sibuk membantu Nemanja Matic di kedalaman alih alih menyokong Anthony Martial atau Marcus Rashford di depan.

Di luar hal itu keduanya juga memiliki kharisma di ruang ganti, Zidane bukanlah seorang manajer yang pandai memotivasi pemainnya seperti Ferguson, Mourinho atau Marcelo Lippi namun sikap humble nya disukai pemain Madrid yang menjadikan Zidane layaknya seorang ayah bagi mereka hal serupa juga ada pada diri Ole dengan label bagian dari skuad sejarah tahun 99 sudah pasti Ole di hormati oleh para pemain.

Kini yang dibutuhkan oleh MU jika ingin meraih sesuatu di akhir musim adalah konsistensi, ingat ini masih bulan maret sebab di bulan ini jadwal sudah semakin padat selain mengamankan pos 4 besar Primer League mereka juga harus bersiap menghadapi 8 besar Champions League belum lagi mereka juga masih bersaing di Piala FA akhir pekan nanti menghadapi Wolverhampton artinya United masih aktif di 3 kompetisi sekaligus disitulah kejelian Ole dalam merotasi skuadnya diuji sebab salah satu kunci kesuksesan Zidane di Madrid adalah rotasi pemain yang tepat sehingga para pemain selalu fit di laga laga penting.

Nah yang jadi permasalahan adalah bisa kah skuad lapis 2 MU bermain sama apiknya dengan skuad inti saat Ole ingin mengistirahatkan pemain kunci menghadapi jadwal yang berat? Alexis Sanchez kini tak setajam dulu paling vital adalah pelapis Pogba, siapa yang bisa mengisi dia saat Pogba tidak main? Andreas Perreira atau Scott McTominay? Dan terkait dengan Pogba ini menjadi pisau bermata 2 di satu sisi Pogba menjadi motor tim tapi di sisi yang lainnya ketika Pogba di matikan lawan maka permainan MU pun ikut mati, masih ingat saat MU kalah di leg pertama dari PSG? Saat itu Marquinhos dan Kehrer benar benar menekan Pogba sehingga nyaris tidak ada passing kunci yang bisa di alirkan hal tersebut berakibat pada minimnya distribusi bola untuk Rashford dan Martial saat itu. Namun saat ini Ole mengakali hal tersebut dengan menjadikan Perreira sebagai pemain no 10 seperti saat mencetak gol melawan Southampton dan ketika tim buntu Ole juga sering kali memasukan Diogo Dalot sebagai winger kanan, lumayan efektif karna saat melawan Soton dan PSG kala itu Dalot masuk menjadi game changer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun