2018 merupakan tahun yang bersahabat bagi Persija Jakarta. Menjuarai Piala Presiden, lolos ke semifinal AFC Cup dan berada di ambang gelar juara Liga 1 membuat macan kemayoran telah kembali setelah tertidur selama 3-4 tahun terakhir. Ada 5 faktor alasan mengapa sang macan telah kembali siap menjadi yang terbaik di tanah air.
1. Kokohnya lini pertahanan
Sejak musim lalu kekuatan lini belakang menjadi kekuatan utama Persija. Musim ini mereka adalah tim yang paling sedikit kebobolan dengan hanya kemasukan 35 gol saja dan duet Jaimerson Da Silva & Maman Abdurahman merupakan aktor dibalik hal tersebut, Jaime dan Maman merupakan perpaduan bek modern dan ortodok.Â
Jaime merupakan bek modern, selain kuat dalam bertahan ia juga pandai memainkan bola serta mendistribusikan bola saat build serangan, kelebihan lainnya adalah tajam saat menghadapi bola mati dimana ia telah mencetak 7 gol sejauh ini sementara Maman adalah bek ortodok dengan mengandalkan kekuatan fisik seperti tekel dan duel udara. Uniknya, Maman seperti tampil kembali ke performa 10 tahun yang lalu dimana dia merupakan bek langganan Timnas.
2. Keseimbangan lini tengah
Sandi Sute, Rohit Chand dan Renan Silva merupakan perpaduan antara fisik, visi dan akurasi. Sandi merupakan pelindung utama 4 bek Persija, dialah yang bertanggung jawab melapis Jaime, Rezaldi Hehanusa dan Ismed Sofyan saat ke 3 pemain ini maju membantu serangan. Rohit di sisi lain adalah gelandang box to box yang bertugas membangun visi permainan, saat tim tampil buntu tak jarang Rohit lah pemain yang paling ulet membongkar pertahanan lawan sekaligus memecah kebuntuan tim.
Jika PSM memiliki Wiljam Pluim dan Bhayangkara FC mempunyai Paulo Sergio maka Persija memiliki Renan Silva. Akurasi passingnya yang tinggi menjadi atribut utamanya selain itu passing nya yang sering menyasar celah kosong menjadikan kerja Rohit menjadi lebih ringan dalam membangun visi permainan
3. Padunya duet Riko Simanjuntak dan Marko Simic
Perolehan gol Simic di Liga, Piala Presiden maupun AFC Cup adalah sebuah hal fenomeal namun aktor dibalik itu adalah eksplosifnya pergerakan Riko sebagai winger. Postur tubuhnya yang kecil ditutup dengan kecepatan lari dan dribble yang mengiris sisi flank lawan. Simic di sisi lain adalah striker klinikal mengingatkan kita pada sosok Miroslav Klose yang begitu tajam di kotak penalti. 16 gol Simic dan 9 assist Riko menjadikan mereka duet terbaik setelah duet Ezechiel N'douassel dan Jonathan Bauman di Persib.
4. Kecerdasan Stefano Teco Cugurra
Teco bukanlah pelatih yang neko neko, pendekatan yang dia lakukan adalah selama mungkin menguasai bola dan efektif saat menyerang. Hal lain dari kejeniusannya adalah dia selalu membawa pemain yang tepat saat bursa transfer. Jika di awal musim ia berhasil menjadikan transfer Jaime, Riko dan Simic sebagai transfer yang sukses maka saat tengah musim Teco membuktikan kejeniusannya dengan mencoret Addison Alves yang tidak efektik sebagai winger di gantikan dengan Renan.Â