15 April nanti kick off pertama Liga 1 atau kompetisi resmi di Indonesia akan mulai, ini merupakan angin segar paska Indonesia di sanksi FIFA pada tahun 2015 lalu sebab setelah di isi oleh turnamen atau kompetisi tak resmi seperti Piala Presiden dan Indonesian Soccer Championship kini Indonesia bakal kembali memutarkan roda kompetisi yang legal dan resmi yang dimana sang juara Liga 1 ini akan mewakili Indonesia di ajang internsional minimal Piala AFC.
Beberapa stimulus mulai di keluarkan oleh PSSI demi kualitas kompetisi yang kompetitif seperti regulasi pemain asing 3+1 yang dimana setiap tim hanya boleh memakai 2 pemain asing bebas, 1 pemain Marquee Player seorang pemain kelas dunia yang pernah tampil di Piala Dunia dan 1 pemain dari Asia. Ini merupakan terobosan baru karena setiap tim bisa merekrut pemain kelas dunia, tentu hal tersebut tentu membuat kompetisi nanti makin menjadi sengit
Namun selain regulasi Marquee Player ada regulasi yang menarik perhatian klub maupun penonton yakni regulasi dimana setiap tim yang diwajibkan mencatumkan 5 pemain U23 di dalam skuadnya dan wajib memainkan 3 pemain U23 minimal 45 menit, namun kabar terakhir menyebutkan bahwa 3 pemain U23 tersebut boleh dimainkan di bawah 45 menit jadi artinya setiap tim harus memainkan pemain U23 mereka di setiap laganya meski hanya 1 menit. Pro kontra bermunculan ada yang menyebut ini hal yang baik karena akan memberi pemain muda kita minute play namun bagi yang kontra merasa regulasi ini terlalu di paksakan karena pemain muda di paksa tampil akibat regulasi bukan karena kemampuan mereka layak tampil di level tertinggi
Regulasi ini pun sempat di coba di Piala Presiden 2017 lalu hasilnya beberapa pemain memang tampil oke seperti Hanif Sjahbandi, Nasir dan Bagas Adi Nugroho dari Arema FC, kemudian ada Febri Hariyadi dan Gian Zola Nasrulloh dari Persib Bandung serta Saddil Ramdani dari Persela Lamongan. sisanya dari 17 tim yang lain saya pribadi belum ada pemain yang benar benar mencuri perhatian. Memang masih ada nama nama seperti Septian David Maulana dan Yogi Rahadian di Mitra Kukar atau Yanto Basna dan Zalnando di Sriwijaya FC namun mereka tumbuh dan berkembang bukan karena regulasi namun karena memang level mereka telah terasah sejak kompetisi junior seperti Timnas U-19 dan ISL U-21. sisanya tim peserta memang memainkan pemain muda mereka minimal 45 menit namun mereka tampil bukan karena performa dan level mereka namun mereka tampil karena regulasi yang memang menuntut seperti itu.Â
Ambil contoh Henhen Herdiana, dia memang hanya sekalitidak  tampil dalam pertandingan Persib di Piala Presiden lalu namun menit bermain dia per game rata rata hanya 45 menit, Henhen hanya tampil lebih dari 45 menit saat melawan Semen Padang di perebutan tempat ke 3 saja. sisanya ia pasti di ganti oleh Supardi Nasir saat babak ke 2 yang notabene memang pemain inti Persib di pos bek kanan, artinya memang level Henhen belum bisa menggeser Supardi ia tampil karena regulasi yang memang memaksanya untuk tampil bukan karena kualitasnya memang telah berada di top
Saya bukan pihak yang anti terhadap pemain muda namun pengembangan pemain muda tidak harus dengan membuat regulasi yang seperti ini sebab saya khawatir kualitas liga menjadi menurun sebab pelatih tidak leluasa membuat strategi akibat terkekang oleh regulasi seperti ini. bukanlah kualitas kompetisi yang baik merupakan modal bagi Tim Nasional yang baik pula? memang tak selamanya kualitas kompetisi yang baik bisa menciptakan Timnas yang berprestasi, Inggris dengan Liga yang di bungkus dengan kualitas bintang 5 pun masih belum menciptakan Timnas Inggris yang berprestasi namun tetap saja kualitas liga yang sengit dan kompetitif membuat pemain pemain berada dalam level terbaik mereka sehingga memudahkan bagi pelatih Timnas mencari pemain berkualitas.
Bagi saya pribadi regulasi ini terlihat lucu karena di Eropa sebagai kiblat sepakbola pun regulasi memainkan pemain muda di level kompetisi tertinggi itu tak ada karena pemain muda yang potensial seperti Paul Pogba, Marcus Rashford, Ousmane Dembele, Alvaro Moratta hingga Neymar pun mereka menembus tim utama itu karena mereka memang bekerja keras menampilkan permainan terbaik mereka bukan karena regulasi kompetisi. dari mana mereka tumbuh? mereka tumbuh dari kompetisi yang berjenjang, jadi saran saya bagi PSSI adalah wajibkan saja setiap tim mendaftarkan pemain U23 di skuad mereka namun jangan dengan embel embel wajib memainkannya sebab kuantitas belum tentu menentukan kualitas, menit bermain yang banyak belum tentu menentukan kualiutas pemain tersebut memang berada di level tertinggi. ambil contoh Febri Hariyadi, Zalnando dan Septian David Maulana mereka menjadi pemain inti bukan karena regulasi namun karena memang kualitas mereka layak tampil di level tertinggi dan terasah serta teruji di kompetisi Indonesian Soccer Championsip 2016 lalu.
Kemudian stimulus yang bisa di lakukan oleh PSSI lainnya utnuk pembinaan pemain muda adalah bentuk kompetisi berjenjang dari mulai usia dini seperti 10 hingga 19 tahun, gulirkan kembali Liga Pendidikan Indonesia yang telah mencetak Febri Hariyadi dan Gian Zola sebagai pemain besar. hal tersebut jauh lebih efisien dari pada memaksakan para pemain muda untuk tampil di level tertinggi. mahal memang untuk memutarkan kompetisi berjenjang seperti itu namun percayalah harga yang mahal tersebut akan terbayar 5 sampai 10 tahun kedepan dengan melihat Timnas Indonesia terbang tinggi di kancah internasional
Ayo PSSI kembangkan pemain muda tanpa harus memberangus kompetisi itu sendiri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H