Mohon tunggu...
Nanang Setiawan
Nanang Setiawan Mohon Tunggu... PNS -

Seorang pria dengan leukemia. Seorang manusia dengan cita-citanya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rina "Hidung", di Antara Jilbab, Hijab dan Keyakinan

14 November 2017   12:09 Diperbarui: 14 November 2017   12:22 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tahun-tahun 90an, sepanjang ingatan saya, fenomena memakai jilbab membutuhkan suatu perjuangan yang menguras emosi. Entah dari reaksi dari orang tua, guru atau teman-teman. Begitu juga dengan urusan pas poto untuk mereka yang berjilbab yang sedemikian rumit harus terlihat telinga. Pun ketika saat itu teman-teman memutuskan berjilbab, tak mendapatkan kata-kata pujian berlebihan. Karena mereka benar berjuang untuk memakainya karena iman.

Tahun-tahun sekarang. Jilbab lebih familiar disebut hijab. Maknanya tetap sama. Perubahan selanjutnya adalah tambahan embel-embel belakangnya, yaitu syar. Yang tentu berpengaruh pada kesadaran diri dan industri hijab. Selayaknya branding bank konvensional atau syariah. Beda dengan jaman 90an, jaman now teman-teman yang baru mengenakan hijab, pasti mendapatkan pujian berlebihan bahwa dia telah mendapatkan "hidayah" dan "semoga tetap istiqomah". Hijab sudah masuk ke ranah yang lebih luas secara sosial, walau masih terpisah menjadi beberapa kelompok: mereka yang menggunakan hijab karena kesadaran agama; mereka yang menggenakan karena kewajiban sosial (sekolah dan keluarga); atau mereka yang memakai karena alasan fashion.

Jika dahulu orang kadang dicibir bila menggunakan ilbab, sekarang orang mencibir karena orang melepaskan hijab. Ini fenomena baru, perubahan pola pikir. Bahkan yang belum berhijab pun ikut mencibir. Pujian dan doa yang awal terucap pun tak bisa mengingatkan mereka yang mencibir bahwa Tuhan adalah pemilik hati sesungguhnya.

Apakah hijab menjadi tolok ukur kadar keimanan seseorang? Ini hanya bisa dijawab oleh teman-teman yang memakainya. Karena hijab adalah hak asasi.

Begitu juga Rina Hidung, eh Nose.

Tulisan ini terinspirasi oleh Teh Nose.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun