Mohon tunggu...
Satriawan
Satriawan Mohon Tunggu... Lainnya - Pendidik

Pantang tugas tak tuntas - pantang sesumbar tanpa dasar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Merekonstruksi Spiritual Atas Realitas Insani Melalui Momen Qurban

28 Juni 2023   20:33 Diperbarui: 28 Juni 2023   21:30 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hikmah yang terkandung dari fakta sejarah ibadah qurban di momen Idul Adha sangatlah luar biasa! Ketika nurani kemanusiaan digelitik Titah Illahi “yang tidak biasa” untuk ukuran manusia biasa, tetapi disikapi berbeda bahkan dengan penuh kepatuhan, ketaatan, keikhlasan dan keyakinan total tanpa reserve dari hamba Allah yang luar biasa! Jejak sakral perjalanan sejarah dari momen pengorbanan seorang Rasul Allah yang bergelar Khalilullah (kekasih Allah). Pada gilirannya menjadi suri tauladan bagi seluruh umat muslim setelahnya, sebagai bentuk kepatuhan, ketaatan, keikhlasan dan keyakinan yang juga seharusnya diikuti secara total. Cukuplah hikmah yang dicontohkan Nabi Ibrahim A.S terhadap putranya Nabi Ismail A.S menjadi ibrah dari kepatuhan, ketaatan, keikhlasan dan keyakinan total kita tanpa reserve dalam berkurban.

Ikhtiar diri untuk mengkonstruksikan kembali (rekonstruksi) spiritualitas atas realitas kehidupan yang tidak melulu pada nilai-nilai duniawi, menjadi awalan pemahaman dari seluruh coretan di tulisan ini. Perlu frame yang sefrekuensi dalam meletakkan pemaknaan tentang tiga nilai utama dalam kehidupan manusia, fii dunya wal akhirat! Ketika eksistensi manusia seutuhnya tidak dapat dipisahkan dari tiga nilai utama dalam kehidupannya, secara spiritual, sosial, maupun materiil dan immateriil. Nilai dimana hubungan antara manusia sebagai hamba dengan Tuhannya, manusia sebagai insan dengan manusia lainnya, serta manusia sebagai bagian dari alam materiil pun immateriil.

Penyederhanaan makna pengorbanan yang dititahkan Allah SWT melalui penghambaan Nabi Ibrahim A.S, sejatinya hablum minallah dengan derajat tertinggi sang Khalilullah. Segala persangkaan baiknya yang tanpa cela (khusnudzon) melingkupi syariat qurban sebagai pengabdian total hamba terhadap Sang Khaliq. Pun keyakinannya atas hikmah absolut Allah SWT atas skenario dari kisah “pengorbanan”nya menjadi pembelajaran dan manfaat seluruh manusia Islam sesudahnya, dari masa ke masa. Ini merupakan pencapaian Sang Kekasih Allah dalam hablum minannas yang sempurna, sebagai panutan bagi mereka yang hidup di masanya, maupun meraka yang hidup di masa para Rasul Allah sesudahnya, hingga manusia Islam kini yang akan melaksanakan ibadah qurban di momen Idul Adha 1444 H ini.

Untuk memahami dunia realitas dengan kesempurnaan hikmah spiritual tidak hanya mengandalkan kemampuan kognitif semata. Pemahaman spiritual dalam realitas menjadi penting tidak semata dibangun dalam struktur pemahaman sendiri atas realitas. Melainkan dibangun dari momen masa lalu yang dicontohkan para Rasul Allah dan nash-nash Ilahiyah dalam Kitabullah menjadi penting, manakala rekonstruksi spiritual atas realitas dapat dieksplorasi tidak hanya memanfaatkan kemampuan kognitif (dalam arti berfikir saja) tapi lebih dari itu adalah kemampuan ‘aql (tanpa menafikan kemampuan qalb) yang berpusat di rongga dada sebagai bentuk pembeda manusia dengan mahluk lainnya. 

Kemampuan fikir dan refleksi ruhaniyah (tadabbur) ada dalam ‘aql yang sejatinya digunakan untuk merekonstruksi sosial spiritual terhadap realitas.  Realitas yang dibangun tidak hanya sebatas merekonstruksi sosial dan spiritual saja, tetapi juga merekonstruksi realitas penghambaan kita dalam mengejawantahkan Titah Ilahiyah dari ibadah qurban itu sendiri.

Mari manfaatkan momentum qurban dalam pelaksanaan Idul Adha 1444 H sebagai titik awal merekonstruksi spritual atas realitas diri dengan niat dan keikhlasan berbagi dengan sesama, penuh kepatuhan dan ketaatan semata karena Allah SWT, serta meyakini bahwa bentuk ketaatan absolut si hewan sebagai mahluk yang Ikhlas dikurbankan demi pengabdian total manusia terhadap Allah SWT. Rekonstruksi spritual atas realitas adalah upaya diri membangun struktur pemahaman tanpa pernah mengesampingkan nilai-nilai hablum minallah, hablum minannas, dan hablum min’alam dalam praktiknya. Insha Allah!

Semoga keselamatan senantiasa menyertai kita semua atas Rahmat dan Ridlha Allah SWT serta Syafa’at Rasulullah SAW. Aamiin…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun