Mohon tunggu...
Satria Dezember
Satria Dezember Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pegiat syair kehidupan dalam persepsi filsuf

Penyuluh Agama yang mendedikasikan diri pada pelayanan umat dalam bidang kerohanian dan non kerohanian

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Sedekah Tanpa Resah

27 April 2022   15:06 Diperbarui: 27 April 2022   15:08 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Mengasihi merupakan ajaran agama yang sangat mendasar. Mengasihi dapat dilakukan dengan apapun caranya tentu dengan baik dan benar, salah satunya dengan berbagi atau dalam konteks religiusitas lazim dikenal dengan sebutan sedekah. 

Kebaikan dan kebenaran ini sebenarnya merupakan nilai yang melekat pada pelaksanaan mengasihi tersebut, hanya manusia dengan bakat pendusta saja yang mampu mencampur aktivitas mengasihi dan berbagi dengan motivasi bagi sanjungan diri sendiri maupun pesan sponsor iblis yang khas yaitu kesombongan.

Berbagi atau bersedekah merupakan kegiatan baik dan harus dilestarikan, namun urgensi dari sedekah itu sendiri harus menjadi yang terkemuka yaitu "perasaan senang melihat orang lain bahagia." Mari saya sampaikan ulasan saya, seorang yang masih berstatus pembelajar kehidupan ini mengenai tingkatan penghayatan sedekah.

Tingkatan pertama yaitu sedekah yang dilaksanakan karena merasa merupakan kewajiban. Hal ini benar dan tentu baik, namun dasar kemauan ia melaksanakan dikarenakan si pelaksana tersebut hanya terbatas pada perasaan 'ada aturan yang harus saya jalankan, yang mana jika tidak akan mempengaruhi jumlah kebaikan yang dapat saya terima.' Kelompok ini akan tetap bersedakah, jika dan hanya jika ia mampu melakukannya, sehingga pikirannya jarang tenang bila akan sedekah.

Tingkatan kedua adalah mereka yang memandang bahwa "saya melakukan sedekah, karena saya tahu rasanya menerima kebaikan" Kelompok jenis ini adalah mereka yang berangkat dari pengalaman, sehingga mereka tahu bahwa ajaran mengenai sedekah sangat bermanfaat bagi kehidupan yang diberi juga kehidupan si pemberi. Ia mengetahui kerinduan dan perlunya rasa butuh belas kasihan itu terjawab.

Tingkatan ketiga atau yang menurut saya adalah paling maksimal adalah memberikan seluruh kehidupan, pemikiran, keinginan bahkan kehendak kita untuk diberikan kepada SANG PEMILIK KEHIDUPAN yaitu Tuhan Yang Maha Kuasa, bersedakah dengan memberikan diri kepada Tuhan bukan artinya menganggap Tuhan membutuhkan kita, namun justru melalui pilihan ini, kita sedang memberikan yang terbaik bagi Tuhan, memberikan sepenuh cinta yang IA tumbuhkan untuk diberikan bagi IA sendiri, kita bukan lagi sedekah antar individu, namun kita menjadi alat kebaikan, pemberi kebaikan kepada dunia, dan pelaksana kasih Tuhan di dalam kehidupan melalui seluas-luasnya bentuk sedekah.

Mari terus bersedekah karena engkau senang melakukannya, juga semata ingin memberitahu bahwa Tuhan itu nyata ada. Selamat bersedekah tanpa merasa resah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun