Mohon tunggu...
Satria Dezember
Satria Dezember Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pegiat syair kehidupan dalam persepsi filsuf

Penyuluh Agama yang mendedikasikan diri pada pelayanan umat dalam bidang kerohanian dan non kerohanian

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Tipologi Sebuah Maaf

8 April 2022   11:00 Diperbarui: 8 April 2022   11:04 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahasan kita kali ini akan lebih santai, "Tipologi sebuah maaf." Maaf adalah satu dari beberapa kata yang sulit di dunia, sulit diucap, sulit dipraktekkan, bahkan sulit memperolehnya dari seseorang, tapi percayalah, hanya manusia yang dapat mengucap kata maaf dan mampu meminta maaf.

Kalau Tuhan? YANG MAHA KUASA tidak perlu dan tidak akan juga mengucap 'minta maaf' karena Tuhan selalu benar, justru Tuhan adalah Zat yang selalu memberi maaf kepada umatNya. Jadi kalau manusia tidak bisa minta maaf, tidak memberi maaf, mungkin perlu dipertanyakan kemanusiaannya.

Maaf, tidak pernah sepele, dalam kajian falsafah maka sesuatu tidak akan pernah sederhana. Maaf memiliki karakter dan jenis yang beragam, meski dengan muara yang sama. Sebelum kita belajar jenis maaf, saya ingatkan kembali bahwa 

"maaf memiliki maksud agar kita mampu melangkah lebih jauh dan mencapai tujuan yang baik dengan tanpa memikul beban."

Jenis maaf yang pertama adalah, "memaafkan kemudian mau berteman kembali", ia akan memberi maaf dan mau mempercayai lagi ia yang memberi luka.

Jenis kedua adalah "memaafkan lalu tidak mengungkit kembali", ingatan jelas tidak akan hilang namun ia memilih untuk menyusun apa yang sebaiknya dilakukan berikutnya daripada terkunci pada keadaan lampau.

Jenis ketiga adalah "memaafkan untuk kemudian meninggalkan", melupakan meninggalkan merupakan pilihan yang harus dihargai dari sang pemberi maaf, karena wajar dimengerti ada prinsip yang tidak lagi sejalan dan tidak bisa berjalan bersama.

Selamat menjalani kehidupan, berilah maaf kepada yang memintanya, dan berilah maaf bahkan jika ia tidak tahu cara memintanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun