Si Gondrong sangat letih hari ini. Seharian duduk di kursi. Menyambut setiap tamu yang datang. Ia melakukan ini hanya demi dedikasi persahabatan. Pernikahan temannya---Bayu---yang dilangsungkan seharian penuh membuat Si Gondrong merasa sekarat. Ia tak biasa bertemu banyak orang. Ia lebih memilih berdiam di rumah sembari memandikan sepasang burung jalaknya daripada harus keluar berbincang-bincang dengan tetangga. Namun, sekali lagi, ini demi persahabatan.
Tadi, ketika tidak ada tamu undangan yang datang, Bayu menghampiri Si Gondrong. Memberi sebungkus rokok. Si Gondrong tersenyum, sedikit bangga melihat teman masa kecilnya kini melepas masa lajang.
"Kalau mau kopi minta saja ke dapur," ucap Bayu.
"Tidak perlu, nanti saja."
Istri Bayu menghampiri mereka berdua. Menarik Bayu ke atas kuade. Ada tamu yang minta foto. Si Gondrong mengangguk pada Bayu. Saat itu juga muncul suatu pikiran Si Gondrong yang sedikit absurd. Ia memandang ke bawah. Tepat di antara dua pahanya. Ia berpikir, burung jalak di rumahnya lebih bahagia daripada burung yang ini. Yang semakin tenggelam di rerimbunan. Yang semakin tua dan lemah. Dan mungkin pikiran ini yang membuat Si Gondrong merasa sangat letih hari ini.
Mojokerto, 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H