Marmoyo sibuk membolak-balik halaman buku yang berjudul Das Kapital karya Karl Marx. Siang ini setelah ia meminta uang keamanan pada seluruh pedagang di pasar Legi ia memutuskan untuk duduk di warung kopi Cak Man. Pria dengan tubuh penuh tato itu punya kebiasaan unik. Hampir semua orang yang baru mengenalnya kaget dengan buku-buku tebal yang dibawa Marmoyo setiap hari. Cak Man pun sesekali merasa aneh melihat seorang preman begitu fokus membaca buku.
"Udah kayak profesor aja," grutu Cak Man suatu hari.
"La iya, apa gunanya seorang preman membaca buku," timpal Kasmin.
Marmoyo menutup buku Das Kapital-nya. Meminum kopinya hingga tuntas. Lantas ia merenung setelah menyulut sebatang kretek. Cak Man yang sedang mencuci gelas-gelas kotor menatap padanya sekilas. Cukup lama ia merenung sembari sesekali menghisap sebatang kretek. Hingga akhirnya ia bangkit dari duduknya. Menatap Cak Man. Cak Man merasa aneh ditatap demikian.
"Aku mau jadi petani, Cak."
Cak Man menggeleng. Tangannya masih sibuk mencuci gelas kotor.
Mojokerto, 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H