Drama Korea semakin digemari oleh berbagai kalangan. Dengan beragam tema yang disajikan, drama Korea tidak hanya menjadi hiburan untuk mencari cerita romansa yang memanjakan perasaan, tetapi juga mampu memberikan wawasan baru, bahkan menjadi sarana refleksi diri.
Biasanya, hal tersebut dapat ditemukan dalam drama Korea bergenre slice of life dan coming of age, yang menggambarkan kisah sehari-hari yang relevan dengan kehidupan kita. Saya pribadi lebih menyukai genre tersebut karena dapat memotivasi saya untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Ketika berbicara mengenai drama Korea, tentu setiap orang memiliki drama Korea favorit yang selalu mereka rekomendasikan kepada teman atau orang terdekat. Bagi saya, "Twenty Five Twenty One" adalah jawabannya.
Drama Korea Twenty Five Twenty One mengisahkan kisah remaja pada tahun 1998, ketika Korea Selatan sedang dilanda krisis moneter.
Na Hee Do (Kim Taeri) adalah seorang siswi yang penuh semangat dalam mengejar mimpinya menjadi atlet anggar, dan ia memiliki energi positif yang menular. Ia mengidolakan Ko Yu-Rim (Bona), seorang atlet anggar yang merupakan kebanggaan Korea dan selalu memenangkan pertandingan.
Na Hee-Do berusaha meyakinkan ibunya agar memindahkannya ke sekolah yang sama dengan Ko Yu-Rim agar bisa menjadi atlet anggar yang mahir seperti idolanya tersebut. Dalam usahanya, ia bertemu dengan Back Yi-Jin (Nam Joo-hyuk).
Back Yi-Jin adalah seorang pemuda yang telah lulus SMA, namun keluarganya terkena dampak kebangkrutan akibat krisis moneter. Ia kesulitan mencari pekerjaan. Dalam keadaan terpuruknya, ia bertemu dengan Na Hee-Do yang selalu ceria. Setiap kali berjumpa dengan Hee-Do, Yi-Jin merasa lebih bahagia dan termotivasi untuk menjalani hidupnya.
Hee-Do berhasil diterima di sekolah yang sama dengan Yu-Rim. Di sekolah tersebut, Hee-Do bertemu dengan banyak sahabat baru dan menghadapi konflik remaja dalam mengejar mimpi serta munculnya perasaan cinta.
Ada beberapa alasan yang membuat Twenty Five Twenty One menjadi drama Korea favorit saya, berikut 4 alasannya: