Awalnya, kegiatan KKN ini berjalan dengan lancar. Namun perlahan, satu persatu dari mereka mulai merasakan kejanggalan dan mereka mengalami kejadian-kejadian aneh di desa tersebut.
Nur akhirnya menemukan fakta bahwa salah satu dari temannya ada yang melanggar aturan yang paling fatal di desa tersebut.
Plot di film ini nampaknya memang sengaja mengikuti cerita aslinya di utas twitter. Dengan mengambil dua sudut pandang, yakni Widya dan Nur.
Penonton akan dimanjakan dengan visualisasi cerita yang sama persis dengan cerita aslinya. Bisa dibilang, film ini adalah gambaran langsung cerita yang ada di utasnya.
Namun sayangnya, karena plot ceritanya yang terlalu menjiplak cerita aslinya. Rasanya adegan-adegan di film ini terasa melompat-lompat tanpa benang merah yang jelas.
Bagaikan membaca utas twitter yang terpisah, film KKN di Desa Penari ini hanya menampilkan potongan-potongan kejadian horror yang dialami oleh sekumpulan mahasiswa/i di desa tersebut.
Tak ada perasaan menegangkan yang dibangun sejak awal, semuanya terasa begitu tiba-tiba dan tak melibatkan proses perkembangan karakternya.
Bahkan film ini sama sekali tak merepresentasikan judulnya yang membawa tema KKN. Tak ada satupun adegan yang menampilkan mahasiswa/i tersebut sedang melakukan program kerjanya.
Pertanyaan penulis ketika menonton film ini, kok mereka KKN tapi keliatannya gak ngapa-ngapain ya?
Penulis saja yang menonton film ini tanpa membaca utasnya, merasa bingung dan bosan dikarenakan alurnya yang lompat-lompat. Tiba-tiba karakter a mengalami kejadian ini, karakter b mengalami kejadian itu, membuat penulis merasakan bahwa film ini memiliki cerita yang biasa saja. Tak begitu menarik, namun juga tidak terlalu buruk.